Rabu, 18 Desember 2013

Dunia memang begitu lucu

Terkadang hidup begitu lucu. Dulu ketika kau memilih menutup matamu, semua seakan baik-baik saja. Dia, mereka dan semua orang yang ada didepanmu adalah sosok-sosok yang mengagumkan, membuatmu terpana dengan segala kisah mereka, segala polah mereka, seakan mereka begitu sempurna.

Dulu ketika kau menutup matamu, dunia seakan baik-baik saja. Tak ada yang perlu kau khawatirkan kecuali kisahmu sendiri dan bagaimana kau makan esok hari. Dulu, ketika kau menutup matamu dan acuh dengan dunia di sekitarmu.

Namun "dulu" telah dihujam kata "melaju". Waktu melaju. Dan kisah tetap berlanjut.
Dan aku katakan lagi, dunia begitu lucu.

Ketika mata mulai terbuka. Semua kisah semakin terlihat nyata. Namun sekarang semuanya tidak begitu terlihat sempurna. Ada retak di kanan kiri. Bahkan ada kawat-kawat yang mencuat dari pondasi yang mereka bilang dibangun lebih dari seabad yang lalu saking lamanya.

Dan tokoh juga silih berganti. Dalam cerita yang sama dengan topik yang sama. Mungkin kau dulunya adalah tokoh utama, namun waktu berkata lain dan tanpa kau mau kau menyingkir karena Sang Sutradara berkata lain.

Ada pula dua cerita yang berbeda, dengan tema yang sama dan aku mendengar dari sisi yang berbeda. Dan ketika aku hubungkan keduanya, aku rasa intinya sama. Dunia memang begitu lucu.

Banyak hal yang menyakiti, banyak mulut yang terlalu berambisi, banyak tingkah yang tidak terprediksi. Karena inilah dunia, inilah dunia yang begitu lucu. Saking lucunya hingga akhirnya kau yang dulu menertawakannya sekarang dunialah yang menertawakanmu. Karena dunia begitu lucu dan kamu hanya cukup bersyukur untuk dunia yang begitu lucu ini.

Aku mencium bau perpecahan.

Aku mencium bau perpecahan. Disaat setiap orang mulai lelah dan merasa terbunuh oleh rutinitas. Disaat beban setinggi kepala terus menumpuk hingga tak lagi mampu ditahan. Dan ketika penat merajai ubun-ubun, membuat kepala ingin meledak dan semua orang tidak bisa menahannya, aku mulai mencium bau perpecahan.

Aku mencium bau perpecahan. Ketika kawan menjadi lawan, bahkan untuk sesuatu yang tidak benar-benar diharapkan. Ketika ucapan adalah sebuah dusta yang dipertahankan, dibenarkan dengan segala pembenaran. Ketika ingkar terungkapkan dan ikatan menjadi berantakan. Aku semakin mencium bau perpecahan.

Rutinitas, benci, ingkar, dusta, dan pisau yang menghujam dari belakang, aku mohon kalian bisa memaafkannya.

Agar aku dan kalian tak lagi mencium bau perpecahan diantara ikatan yang sudah susah payah kita pintal bersama.

Gue kangen rumah

Ini gue lagi di tengah prosesi ngerjain sanling. Gue bilang prosesi karena kalo kata gue tugas ini bener-bener sakral, selain susah jumlahnya juga banyaknya naudzubillah. Dan tiba-tiba gue stuck karena gue bahkan gak bisa nentuin poin-poin apa aja yang diketahui. Bayangin aja, setiap ngerjain soal kan pasti selalu ada poin diketahui, ditanya, dan dijawab, atau kata guru SD gue dulu itu 3D. Dan yang gue ga paham adalah kenapa bahkan untuk menentukan D yang pertama alias poin diketahui aja susahnya minta ampun.

Apa guenya aja yang terlalu odong sampe gitu aja kaga bisa, atau emang karena si materinya ini aja yang rajanya edi. Udahlah, bukan itu esensi yang pengen gue ceritain hari ini. Sebenenernya gue ga pengen bener-bener cerita, gue cuma pengen bilang "gue kangen rumah".

Iya gue kangen rumah tiba-tiba.

Tiba-tiba aja pas ngerjain soal dengan rumus seabrek kaya gini gue jadi keinget kebiasaan-kebiasaan gila gue dirumah pas gue lagi stuck ngerjain soal. Aneh, orang rumah bilang gue aneh, tapi mereka ga protes, paling cuma geleng-geleng kepala aja lalu yaudah gue bisa sesuka hati ngelakuin hal-hal absurd di rumah. Ketika gue lagi stuck ngerjain soal dan kepala gue pusing tuju keliling, gue tiba-tiba ambil helm dan gue pake selama gue ngerjain tu soal dan itu cukup ngebantu kepala gue biar tetep kenceng dan otak gue ga keluar kemana-mana selama ngerjain soal. Dan ketika tetangga gue ngeliat gue, paling dia cuma ketawa dan geleng-geleng kepala dikit, gak protes ga apa (yaiyalaahhh.. haha).

Atau gue tiba-tiba ambil ikat kepala, pokoknya apapun yang bisa ngiket kepala gue, selendang lah, selimut lah, slayer lah, hasduk pramuka gue, dasi gatau punya siapa, bahkan mitela gue juga. Yang penting otak gue ga keluar kemana-mana.

Kadang-kadang gue juga muter-muter ketempat sodara-sodara gue yang notabene tetangga gue sendiri. Yah muter-muter, gue cuma jalan masuk dalam rumah mereka tanpa duduk bahkan tanpa nyapa masuk dan keluar dari rumah sodara gue dan balik lagi ke rumah gue.

Yang paling gue suka adalah gue ngerjain semua perhitungan di lantai, yah di lantai. Bahkan bapak gue sering protes karena harus selalu ngebersihin lantai karena gue corat-coret karena gue udah keburu tepar sebelum ngebersihinnya. Untung gue ga punya inisiatif corat-coret tembok, bisa-bisa bapak gue harus ngecat tembok setiap hari.

Dan yang paling ga bisa gue lakuin disini adalah nyetel lagu sekenceng-kencengnya dan gue nyanyi teriak sekenceng-kencengnya. Karena disini bukan rumah gue, ada banyak kepentingan , dan ada banyak mulut-mulut kejam yang suka mencerca orang yang berisik, padahal orang yang berisik sedang ingin melepas penatnya.

Kapan gue pulang?
Gue dari kapan tau udah ngeliatin kalender nyari hari libur buat pulang. Dan tanggal 25 besok libur, gue pengen pulang dari tanggal 24 tapi kepentok gara-gara ada praktikum hari jum'atnya tanggal 27. Apa gue harus bolos?

Minggu, 15 Desember 2013

Tingkat akhir cooyy !!!

Umur ini sudah semakin menua. Sudah menginjak kepala dua. Tanpa terasa waktu berlalu terlalu lama. Bahkan aku tak sepenuhnya sadar, hidupku ternyata telah dirampas oleh rutinitas.

Sepertinya baru beberapa waktu yang lalu bocah ini masuk TK, merasa phobia dengan semuanya, bahkan sampai tak ingat teman sepermainannya di sekolah pertamanya itu, kecuali dua anak kembar yang notabene tetangga sebelah rumah. Dan waktu berlalu, satu tahun berlalu, merengek untuk dipindahkan karena ketakutan. Dan akhirnya terdampar di sekolah selanjutnya. SD.

Melanglang ke sawah, mencari belalang dan capung, masuk ke kali, bersepeda berkeliling kampung, bermain bola karena mengagumi tsubasa. Aku rasa masa kecilku cukup normal, belum sepenuhnya dirampas oleh si rutinitas, karena masih masa bodoh dengan nilai dan lebih memilih bermain hingga badan gosong karena dibakar matahari.

Dulu ketika SD aku berfikir, SMP itu pasti menakutkan. Dan tiba-tiba tak terasa aku sudah duduk di bangku SMP dan berfikir bahwa SMA pastilah lebih menakutkan. Nyatanya tanpa terasa, karena rutinitas yang sama setiap harinya, tiba-tiba besoknya aku sudah berada di jenjang yang berbeda.

Lalu, sekarang?
Sudah kuliah, sudah tingkat akhir malah. Padahal sepertinya baru beberapa waktu yang lalu aku masih menatap wajah bapak ibuku sebelum merantau ke kota hujan ini.
Mau dikata apa lagi, tiga tahun ternyata sudah terlalui, dengan IPK yang terus-terusan terjun payung dari IPK awal. Semoga di tahun terakhir ini bisa semakin membaik, lancar menjalankan segala kegiatan dan mendapatkan kebiasaan-kebiasaan yang baik.

Di tingkat akhir ini aku harap semuanya berjalan dengan lancar. Aku dan teman-teman SIL 47 bisa menyelesaikan skripsi kami dengan baik dan mendapatkan ilmu yang berguna nantinya untuk pekerjaan kami nantinya. Dan aku harap kami bisa lulus tepat waktu, membanggakan orang tua kami, dan membanggakan almamater kami.

Amin.

Kau, cobalah belajar untuk mendengar.

Kau, cobalah belajar untuk mendengar. Sebagai orang baru tak pantas untukmu memaksakan kehendakmu sendiri. Kau terlalu idealis atau apa juga aku tak peduli. Tapi kalau kau memang benar-benar idealis, aku kecewa denganmu. Si idealis tidak memaksakan kehendaknya seperti itu, si idealis harusnya mempelajari lingkungannya, bukan untuk memaksa, tapi untuk memahami dan membuat mereka mengerti.

Mungkin caramu tak sama dengan cara kami, tapi itu bukan berarti menjadi alasan untukmu untuk mengubah cara kami menjadi cara yang kau mau. Kau yang orang baru, tetapi malah kenapa kau yang mencoba memaksakan kehendakmu. Harusnya kaulah yang harus membaur dengan kami, mempelajari lingkungan kami, membuatmu mengerti kenapa kami seperti ini, membuatmu diterima dengan baik-baik disini, bukan malah mencari musuh dengan sikap seolah kau ini yang paling benar.

Kau, kau sebaiknya belajar untuk mendengar agar kau didengarkan. Kau sebaiknya belajar menghargai agar kau dihargai. Kau sebaiknya belajar untuk mencoba mengerti untuk bisa dimengerti.
Semakin kau paksa, orang akan semakin malas denganmu.

Berjalanlah kawan.

Tidak, tidak ada yang remeh. Berjalanlah. Langkahkan kakimu kemanapun kau mau. Kadang kau memang harus berjalan sendiri. Kadang kakimu sendirilah yang membawamu ke tempat yang menentramkan jiwamu, bukan karena mereka atau siapapun.

Kau tidak harus memaksakan tawa, tidak harus merubah warnamu seperti warna mereka. Kau hanya perlu menjadi kau, dirimu sendiri.

Kau tidak perlu terus-terusan mencecar untuk sesuatu yang tidak kau suka, terkadang kau hanya perlu menerima. Karena terkadang bertoleransi untuk mendengarkan lagu yang tidak kau suka tidak melulu buruk, kau bahkan bisa mencoba menyukainya dengan caramu sendiri.

Kadangkala kau memang butuh seseorang untuk membuatmu ada, tapi bahkan tanpa mereka kau masih tetap ada. Kau ada karena dirimu menganggap dirimu ada. Itu saja cukup dan kau bebas berlari semaumu di tamanmu sendiri. Menggumpalkan awan yang akan menghujani tanahmu sendiri, menumbuhkan bungamu sendiri, pohonmu sendiri yang bisa kau tata sesuka hati dengan lanskap yang kau rencanakan sendiri.

Lalu aku akan bergabung bersamamu, aku dengan caraku sendiri dan kau dengan caramu sendiri.
Mungkin memang kita dulunya adalah jiwa-jiwa yang mati. Tapi bukan berarti kita tidak bisa hidup lagi. Dan semua kenangan buruk akan masa lalu, aku harap kita mampu melupakannya, menguburnya. Menjadikannya pupuk untuk menumbuhkan hal-hal baru yang lebih menyenangkan, memberikan kita esensi bahwa hidup akan lebih indah lagi dengan pelajaran yang kita dapat darinya, dari keburukannya.

Dan bukan berarti kita lupa untuk berkaca, menjadi tahu diri untuk apa yang telah mereka berikan kepada kita. Bahwa meskipun kita sendiri dengan cara kita sendiri, ada orang-orang disana yang menerima cara kita, dengan sengaja ataupun tak sengaja. Menerima kita apa adanya, seperti kita menerima mereka apa adanya.

Jumat, 06 Desember 2013

Ingkar

ingkar melingkari, mengingkari
dan nafasnya mulai terjebak dalam aliensi
tercekat, terdebat oleh preferensi
gegar di kepala, gentar menjalar di dada
sejauh mana kau bisa menjadi sosok keras kepala
sekitar mulai bertanya
apakah lisanmu nyata?
apakah hanya hiasan sementara?
dalam pikir mereka ucapmu sudah tak bisa dipercaya
terlalu hampa, terlalu mengada-ada
kau yang melingkari ingkar
kau yang mengingkari sekitar
kau yang menjadikan percayanya memudar
kau yang menjadikan janji menjadi kelakar
humor yang layak dibakar,
ditinggal hingga meninggal.

Lagi ngobrol sama phil.

Hai phil, tidakkah kau rindu pada saudaramu lil?
Sudah lama kalian tidak bertemu, apakah dia masih seperti dulu adanya? Mungkin dia menjadi lebih dewasa, lebih bijak dari biasa. Mungkin dia telah menjelajah dunia yang dulu diidamkannya.

Catatanmu darinya menghilang bukan berarti kau menghilangkannya dari hidupmu. Saudara tetaplah saudara. Sahabat tetaplah sahabat. Walau bertahun kau tak berjumpa, tak bertukar sapa, tetap saja dia adalah dia adanya.

Terkadang kau ingin meneriakkan namanya, mendengar suaranya, mendengar ceritanya, bernyanyi bersamanya. Tapi ada yang menghalangimu. Kau takut ada yang berubah, kau takut dia menganggapmu berubah. Kau takut dia tak lagi mendengarkanmu ketika kau membagi keluh kesah. Kau hanya takut dan tiba-tiba hingga bertahun-tahun kalian tak lagi berbagi kabar dan dia semakin tersamar.

Kau ingin menyapanya tapi kau ragu, apa dia akan menjawabmu seperti dulu dia menjawab segala bincangan tak pentingmu. Sekali dua kali kau coba, seakan orang yang berbeda yang menanggapimu. Seakan ketus, dan menganggapmu orang asing. Atau itu hanya bayanganmu saja?

Kau phil, walau kau tak pernah berjumpa dengannya, walau kau tak lagi mendengar suaranya. Jangan pernah lupa, dia dulu adalah orang yang selalu menghargaimu, dan kau pun menghargainya. Dia orang yang kau kagumi setengah mati, yang memberimu inspirasi, yang mengajarimu bermimpi alih-laih terus-terusan membual setiap hari. Dia yang mengajarimu berfikir lebih logis, menumbuhkan bakatmu yang malah kau matikan sendiri sekarang.

Dia saudaramu. Sahabatmu.

#Edisi ngomong sama boneka kura-kura

Rabu, 23 Oktober 2013

datang lagi

memegang tuas ini lagi
untuk membuka lagi layar yang lama tak tersentuh
ini bukan inginku
tapi memori-memori ini mulai mencuat lagi
menjalar-jalar, meledak-ledak siap untuk membakar,
kaki mencoba menghindar
gentar
gentar
merasa gentar menghadapkan pandangan untuk menatapnya lagi
layar-layar itu, kertas-kertas itu menghakimiku lagi
dan aku hanya bisa meringkuk
mencoba merengkuh apapun yang bisa melindungiku
namun kosong yang kudapat
berharap dia terbunuh dalam khianat

Hah !!!

aku pikir aku akan mati lagi dalam euforia.
membebatku perlahan dalam tawa,
menunggu rana menangkap cahaya,
semakin cepat, nyawa semakin terangkat
cahaya menjalar membakar medium,
senyum mereka terkulum.
apa aku harus kembali mengumbar senyum?

Selasa, 03 September 2013

Bagaimana Rasanya

Bagaimana rasanya kamu dikukuhkan dengan segala tendensi, dengan segala preferensi yang membenarkan satu hal yang sering kamu sebut dengan ilusi. Sedangkan jiwamu perlahan-lahan mati, dibunuh oleh segala inginmu akan dunia. Dan kamu dengan bodohnya masih terus tertawa, mencoba mengisi apa yang melompong, mencoba mengisi kematian jiwamu dengan humor yang tidak kamu mengerti. Padahal aku tahu, kamu ketakutan setengah mati.

Kamu menunda semuanya, bahkan kau juga menunda waktumu untuk menghidupkannya lagi. Kamu terlalu kiri, selalu mengagungkan otak kiri. Mendewakan rutinitas yang sama setiap hari. Hanya untuk pengakuan sehari kamu berupaya setengah mati, tapi tidak ada jejak yang kamu tinggalkan sebagai sebuah jejak memori, pudar begitu saja karena terlalu geli untuk memikirkannya kembali.

Sabtu, 24 Agustus 2013

Surat untukmu dari dirimu.

Terima kasih untuk waktu yang telah dibuang-buang selama ini ndik. Memang banyak yang harus disesali tapi untuk menghabiskan seluruh waktumu hanya untuk menyesali apa yang telah kamu lakukan, rasanya itu benar-benar membuang waktumu jauh lebih banyak. Kau melakukan suatu hal dan kau salah dan kau menyesalinya itu wajar. Namun ketika kau berdiam diri tidak melakukan apapun, lantas kau berharap sesuatu yang baik akan datang kepadamu dan kau terus-terusan menunggu hingga apa yang kau harapkan itu tak kunjung datang, lalu kau mulai marah pada dirimu karena tidak melakukan apapun lantas kau menyesalinya, aku pikir kau aneh.

Kau bisa berkehendak, kau bisa berharap apapun, namun ketika ada orang lain menekanmu kau begitu ketakutan. Takut orang itu tak akan mempercayaimu lagi, takut orang itu akan pergi dan meninggalkanmu, takut orang itu tak akan menemuimu lagi, dan kau akhirnya mengikuti apa yang orang lain inginkan hanya karena kau takut sendirian. Yah, kau takut sendirian.

Kau bisa berucap, tertawa kencang, berteriak lantang, namun ketika pendapatmu tidak sepaham dengan mereka kau malah terdiam. Dimana keberanianmu? Lenyap kemana? Kau punya hak untuk bersuara, bukan hanya memendamnya sendirian. Kau begitu takut ditertawakan, takut dianggap remeh, hingga akhirnya kau hanya bisa bilang iya, dan tidak menolak apapun yang mereka katakan, hanya karena ketakutan kau akan dianggap rendah. Kau hanya ketakutan.

Lantas apa? Aku tidak ingin mengumbar apa-apa, aku hanya ingin memperingatkanmu. Kau juga manusia yang layak untuk menjadi berani, tidak ada yang menghalangimu bahkan dirimu sendiri. Ketakutanmu selama ini kau sendirilah yang menciptakannya. Bahkan ketika kau berfikir kau akan menjadi kau yang lebih berani, aku yakin pasti semesta mendukungmu, begitupun aku, dirimu ini.

Aku tidak akan memaksamu, karena akupun merasakan ketakutan yang sama, namun aku akan menjadi berani untuk diriku sendiri, perlahan, mengubahmu menjadi seseorang yang tak takut dicap sebagai orang mati ataupun orang yang tak tahu diri. Karena berdiri itu hak setiap orang, berlari juga hak setiap orang. Kau bisa berusaha. Siapa bilang orang itu tercipta seperti adanya sekarang. Semua orang berusaha, begitupun kau, begitupun aku.

Selamat berusaha lebih keras, untuk hidup yang lebih berani, untuk hidup yang lebih tahu diri dan memahami serta lebih mengerti tentang hakikat hidup atau mati, sendiri atau bersama, dan bersosialisasi lebih baik serta lebih bisa mengontrol diri sendiri dan lebih bisa menempatkan diri.

Salam,
Otak Kecilmu.

Rabu, 31 Juli 2013

Di suatu sore..

Di suatu sore ketika saya pulang dari tempat praktik lapang, saya melihat ada sebuah keluarga yang berjalan di depan rumah kos-kosan saya di malang. Seorang ayah, seorang ibu dan seorang anak perempuannya. Kala itu hujan turun rintik-rintik, hanya gerimis yang membesar perlahan ketika matahari setengah hati menyinari. Tapi tetap saja, ini malang, dingin.
Sang ayah membuka payung yang dia bawa, tak terlalu besar, hanya cukup untuk dua orang saja. Dan sang ayah mengalah, membiarkan payung tersebut digunakan anak dan istrinya. Dengan tangan yang masih menggandeng tangan anak perempuannya dengan tangan kiri dan tangan kanannya memegang bungkusan plastik, dia tetap berjalan beriringan dalam hujan.
Hingga hujan akhirnya mengalah dan berhenti dan sang matahari datang lagi walau masih setengah hati. Sang ayah menutup payungnya lagi dan membawa payung tersebut.
Bahkan dia masih mau membawanya ketika dia sama sekali tidak memakainya. Karena dia seorang ayah dan dia seseorang yang harus melindungi keluarganya.

Begitulah hidup, memang harus ada yang dipercaya untuk melindungi keluarga dan itu tugas ayah. Tak peduli seberapa berat hidupnya, seberapa berat pekerjaannya, dia telah diberi tanggungjawab yang begitu besar. Namun sekarang banyak tokoh ayah yang bahkan malah tak bisa diandalkan sama sekali. Pergi meninggalkan istri dan anaknya hanya untuk kepuasan pribadinya, hanya untuk bersenang-senang dengan alasan pekerjaan sedang anak dan istrinya merindukan kehadiran sosok ayah dalam hidupnya.
Hidup memang begitu aneh. Di sisi lain ada manusia-manusia yang begitu baik, di sisi lainnya lagi semua orang terlihat begitu buruk, begitu busuk.

Kamis, 25 Juli 2013

Dia tak tahu dia berdegup untuk siapa.

Dia tak tahu dia berdegup untuk siapa. Setiap kali memandang awan matanya mulai  berair, dia mulai menangis. Ada kerinduan disana, dimana disetiap detik yang dimilikinya terasa kosong. Hampa, tanpa kawan tanpa lawan. Tidak ada yang membuatnya tertarik dengan dunia, tapi dia ingin tetap merasa dunia. Bagaimana dia merasakan jenaka, merasa tawa yang nyata, bukan palsu yang dipaksakan. Degup yang dimilikinya seperti hanya hiasan belaka. Ada dan membuatnya bernyawa, tapi tidak membuatnya merasakan hidupnya, tidak membuatnya merasakan hal yang nyata.

Dia tak tahu dia berdegup untuk siapa.

Akhirnya BAB EMPAAATTT !!!!!



Akhirnya setelah berkutat sekian lama dengan laptop pinjaman dari mama ini, sampai juga di bab empat :'(
Jenuh, penat, dan bosannya setengah mati harus mengerjakan laporan PL ini. Sampai-sampai harus melarikan diri ke pos pantau spillway cuma buat ngerasain angin yang super duper kenceng itu, biar bosennya kebawa angin :'(
Istirahat dulu !!!

Data mana data ??? ke wlingi kapan ke wlingi? Saya butuh dataaaa !!!!!

Senin, 15 Juli 2013

Salah Satu Siklus

Aku terpaku dalam siklus yang terbiasa terjadi, yang tak tahu kenapa sejak dulu jadi kepercayaan hati. Seperti aku dengan angin, aku dengan pantai, aku dengan darmaga sore itu, aku dengan awan dan langit. Aku menyukai hal-hal itu, aku menyukainya aku menikmatinya. Menghabiskan berjam-jam di jalan dengan sepeda atau dengan motor pinjaman hanya untuk berputar-putar merasakan angin, mengejar awan yang sama, mengelilingi jalan dengan pikiran yang dibuat hampa, aku menikmatinya. Seperti ketika aku terhenti di darmaga pantai sore itu, terdiam mendengar hembusan angin menyapa, menceritakan tentang kisahnya tentang sepinya dirinya hanya bersanding dengan laut. Terdiam berjam-jam, mendengarkan ombak yang sedang bermain-main dengan angin, berderu riuh, aku ingin turut serta, tapi apa daya aku hanya mampu memandang laut tanpa berani masuk ke dalamnya.

Menatap awan pun, begitu menyenangkan. Bentuk-bentuk tak terduga yang tercipta, ruang-ruang hampa yang memperlihatkan langit yang biru. Atau malah gumpalan hitam yang begitu menyeramkan, apa kau ingin mengamuk awan? Melihat awan seperti sedang menautkan hati dalam imajinasi, menjadi apa yang ingin aku lihat, dengan persepsiku sendiri dengan bentuk-bentuk mereka sendiri, dilebur dalam imajinasi.

Dan aku terus mengulanginya selagi bisa, berjalan sambil melihat langit, bersepeda dengan melihat langit, adu balap cepat dengan angin walau akhirnya aku yang selalu mengikutinya. Dan hampir selalu berakhir di pantai, di darmaga, dimana aku bisa melihat laut dan merasa angin bernyanyi, disitulah aku, disitulah ketenanganku. Salah satu siklus yang tak bisa diindahkan, tak bisa diabaikan, karena telah begitu terbiasa menikmatinya.

Minggu, 14 Juli 2013

Argghhhh !!!!

Menjadikannya lengkung-lengkung berapi, menjadi-jadi menjadi jari-jari yang menautkan hari-hari yang sepi. Berlari lagi, berlari-lari di lembah yang menghampa, yang menginginkan cahaya menghamba. Meninggalkan mentari yang tak mau ikut berpartisipasi, biar gelap yang menemani.

Arrggghh. Random ini menyeretku dalam lubang yang tak ku kenali. Berputar-putar dalam pijakan yang sama, berputar-putar dan ketika aku menengok ke bawah semua masih terlihat sama. Ketika aku menengok ke depan, ke belakang, ke samping kanan dan kiri, semuanya masih sama saja. Namun ketika putaran itu terhenti dan aku melangkahkan satu kakiku tanah memerah, awan merekah, datang terpisah-pisah, dunia ini ternyata telah berubah. Aku merasa bodoh, terpaku pada satu titik dimana aku diputar-putar dengan berbagai macam stigma dan paradigma hampa.

Selasa, 11 Juni 2013

Kotak Persegi

lama aku pergi
dan sekarang aku kembali
menari-nari dalam kotak persegi
bersiap untuk dipasung lagi

lama aku pergi
untuk mengejar mimpi
tapi yang datang malah yang tak pasti
dan aku kembali lagi
dalam kotak persegi

kotak persegi
yang lama dibuat mati
karena di dalamnya kami tak pernah melihat pelangi
apalagi matahari di pagi hari

kotak persegi
yang hanya merekam ironi
serta sajak-sajak dan elegi
dan keinginan untuk segera pergi

kotak persegi
kungkungan untuk segera mati.

Entah

entah
ini serasa enyah
hanya membuat gerah

entah
atau ini waktu untuk berbenah
lari dari emosi yang tercurah
agar tak lagi lengah

entah
aku merasa lemah
tak lagi mampu meredam masalah
selalu merasa bersalah

entah
tak ada lagi yang terlihat gagah
tak ada lagi yang mampu berulah
tak ada lagi yang mengumbar langkah

mati perlahan
perlahan-lahan
dalam entah yang ditahan-tahan
dengan entah yang tak terucapkan

mati perlahan
tak terlihat dari haluan
tertinggal dalam buritan
dengan jeritan-jeritan
yang teredam oleh kegelapan
dengan teriakan-teriakan
yang terpendam dalam tanah dan papan

entah
rasa ini mati perlahan
perlahan-lahan.

Kamis, 30 Mei 2013

Derik-derik kaki menari

16 April 2013 [15:52]
" Derik-derik kaki menari "
19 April 2013 [07:51]
" Bukannya tidak suka, hanya menghindari benci yang menjadi "
                       [07:54]
" Jendela dalam rangka. Tak peduli cahaya menerobosnya. Membiarkannya tanpa pernah mendispersinya, membiarkannya terefleksi. Sepi. "
01 Mei 2013 [15:36]
" Hidup suka-suka kamu. Suka-suka hidup kamu. "
                     [15:39]
" Bahkan aku tidak bisa melihat hujan "
                     [15:43]
" Derasnya saja terasa, atau ini hanya mati rasa? Atau memang harus merasakannya? Kosong di dada dengan nafas yang tertahan oleh lika-liku jalan. Hampa. Salah perhitungan "
                     [15:46]
" Ditempa, diterpa. Aku hanya bingung mau kemana. Hampa ini terus merejam, seakan menyeret ke jahanam. Merasa sendirian di ramainya ruang. Dan Tuhan menyengajakan, untuk diriku merasakan tamparan badai ini dalam balutan derasnya hujan "
                     [15:48]
" Aku benci jika kosong ini kembali. Ditinggal mati oleh rasa-rasa memiliki. Apa aku harus pergi lagi? Kenapa siklus ini harus selalu terjadi ? "
                     [15:51]
" Itu pilihanmu. Apa masih mau menerjang atau membiarkan ini semua reda dulu "
                     [15:52]
" Aku pikir itu kamu. Angin ini biar aku yang merasakannya sendiri. Biar aku sadar dan tak terus-terusan berlari. "
                     [15:53]
" Hujan ini berjalan tanpa henti, aku hanya menatap mereka yang terus-terusan berlari"
                     [15:54]
" Memberikanku harga mati? Atau menyengajakan untuk mati? Mati hati. Hati mati. "
                     [15:55]
" Tersakiti sendiri, lebih baik tak mendengarkan sedikitpun isu. Biar tak melulu jadi benalu "
                     [15:58]
" Menjerat diri sendiri dalam kehampaan. Lalu kenapa? Harus berteriak-teriak bangga?"
                      [15:59]
" Tidak akan sengaja membiarkannya berubah warna "
" Kapan reda? Kapan tak lagi terasa?"

Rabu, 29 Mei 2013

Gentar

dan kini aku semakin mudah gemetar
semakin mudah gentar
pada kata-kata mereka yang terlontar
pada selentingan yang membuat gegar

rasa takut ini membesar
dari kulit sampai ke dasar
sampai ke akar
menyeluruh dan menyebar
dan dengan mudah terbakar

Jumat, 24 Mei 2013

Kau boleh memilih.

kau boleh memilih apapun, kapanpun, dimanapun dan siapapun. Boleh, kau boleh memilih semuanya, kau boleh menjalani semuanya, asal waktumu ada saja. Kau boleh memilih kisah apa yang ingin kau jalani, kau boleh memilih detik mana yang ingin kau tandai, kau boleh memilih tempat mana yang ingin kau singgahi, kau boleh memilih sifat seperti apa yang ingin kau jalani. Kau boleh memilih, siapa yang bilang kalau kau tidak boleh memilih? Kau boleh memilih. Namun orang lain juga boleh memilih. Jadi ketika apa yang kamu pilih berbeda dengan yang orang lain pilih, maklum sajalah dan saling bertoleransi. Jika sama, kau bisa bekerjasama dan saling membantu kegiatan masing-masing.

Terus esensinya? gue juga ga ngerti ini nulis apa. Hanya kepikiran hal-hal seperti ini saja. Manusia bisa memilih segalanya, mereka punya hak. Namun terkadang ada pembatas-pembatas yang membuat mereka tidak bisa memilih hal-hal tersebut. Namun pula terkadang ada hal-hal yang ketika mereka memilihnya mereka harus berusaha jauh lebih keras untuk mendapatkannya. Karena pilihan itu bukan sekedar pilihan. Terkadang memang harus ada perjuangan, terkadang memang harus ada penyesalan, terkadang memang harus ada kesalahan dan perbaikan. Namun itulah pilihan, ketika kita telah memilih maka kita harus menjalaninya sampau tuntas, bukan malah menjadi semakin malas karena tahu kita harus berjuang lebih.

Mungkin ini waktuku dan waktumu

mungkin ini waktuku dan waktumu
untuk memberantas sendu yang meranggas
mendongkraknya dengan tuas
dengan dentingan gelas-gelas

tak ada lagi raut-raut memelas
tak ada lagi jiwa-jiwa pemalas
sekarang hanya ada seorang yang siap memegang kuas
melukiskan dunia luas
dalam lembar-lembar kanvas

seseorang yang terbebas
karena luka telah tertebas
dan tawa mengalir deras
tanpa takut lagi terlepas

mungkin ini waktuku dan waktumu
untuk memberantas sendu yang meranggas
menyambut dunia dengan langkah tegas.

Senin, 13 Mei 2013

Hey Teman Apa Kabarmu Disana?


Berapa tahun?
Aku pun tak ingat.
Aku menemukan ini ketika kubongkar-bongkar foto-foto jaman dulu.
Tulisanmu kawan, sampai sekarang aku masih menjadi salah satu penggemarmu. Masih, dan tulisan-tulisanmu dulu aku masih menantikannya sampai sekarang.

Aku masih jadi penggemarmu kawan :)
Semoga kau tidak lupa, kita masih sahabat walau kata tidak lagi saling terlontar.

Hari ini dan empat tahun lalu Perang Obor.

Perang obor 4 tahun yang lalu.
Tidak ada yang ingatkah? Tidak tahu kenapa ini melekat erat, kenangan kita semua.
Menanti waktu dimulainya perang obor dengan menghabiskan waktu di pantai sampai adzan maghrib berkumandang. Menanti satu per satu orang dari kita datang, dengan obrolan yang tidak terlalu penting, membahas apapun yang kita lihat, membahas segala yang ada di hari-hari kita, di sekolah dan di minggu-minggu yang sengaja dilewati bersama. Dari pantai ke pantai, kebun kopi, kebun coklat, kebun karet, haha.. selalu banyak hal aneh yang terjadi ketika kita bersama.

Walau diguyur gerimis tak menghalangi kita untuk tetap menonton perang obor yang memang dinanti-nanti. Ini pertama kalinya. Bara-bara tetap menyala. Api dipasang dalam setiap obor raksasa. Suara-suara bergema. Gerimis tak menghalangi tradisi ini untuk tetap dilaksanakan malam itu. Kita berdesak-desakkan diantara orang-orang lain yang ingin menonton, saling menggandeng tangan teman satu sama lain agar tidak saling berpencar. Kita diantara orang-orang yang penasaran, ingin tahu seseru apa tradisi ini akan berlangsung. Menyesak kanan kiri untuk mendapatkan tempat yang lebih depan, untuk melihatnya lebih jelas. Dan ketika perang dimulai. Aku tak tahu, sensasi apa ini. Tak tahu mengapa apa yang ada di depan mataku ini membuatku benar-benar terperangah, sekumpulan orang membawa obor raksasa yang terbuat dari jerami dan saling memukulkannya satu sama lain. Benar-benar menegangkan, tidak terlihar rasa sakit dari orang-orang yang terkena pukulan obor. Semuanya membara, semangat membara. Tanpa sadar kami mulai berteriak-teriak untuk menyemangati dan memperingati orang yang akan dipukul. Kita terbawa suasana menegangkan ini, semua yang menonton terbawa suasana.

Perang obor berakhir, dan kita putuskan untuk menginap di tempat salah seorang dari kita. Menonton wayang? Jelas itu sebuah tawaran yang tak bisa dilewatkan, sejak kecil aku tergila dengan ketoprak dan wayang walau tidak selalu mengerti apa yang sedang diceritakan. Melihat wayang kulit beraksi dengan suara dalang dan sinden-sinden serta hantaman gamelan yang saling selaras dengan arahan dalang benar-benar menyenangkan. Dan malam itu, diputuskan, kita ke balai desa setelah perang obor usai. Melewati kebun-kebun warga yang gelap, mencari jalan pintas untuk bisa lebih cepat sampai di balai desa. Hmm, sederhana, pertemanan ini begitu sederhana. Kita sampai, kita menatap kanan kiri, banyak warga di setiap sisi. Tak ada kursi yang tersisa. Kita menonton sambil berdiri, wayang beraksi, dalang mengayun wayang kulit ke kanan kiri, menjalankan cerita yang tak aku mengerti, sinden bernyanyi dan bunyi gamelan tak pernah mati. Menyenangkan, melihat wayang saling bertabrakan melakukan adegan perang. Suara dalang yang berganti-ganti, cerita yang mulai kami mengerti. Wayang usai dilanjut dengan ketoprak, balai desa mulai sepi karena hari semakin larut dalam gelap, dan kami akhirnya mendapat kursi. Ketoprak ini lebih ringan, kami tertawa-tawa sepanjang malam dengan lawakan-lawakan yang disajikan. Haha, tak terasa hampir tengah malam dan diputuskan untuk pulang ke rumah salah satu dari kita. Tidur seperti ikan pepes, dengan  sebelumnya menyantap gemblong ketan. Pagi datang, pantai lagi dan kembali ke rumah masing-masing, dan sendalku tak lagi menjadi sepasang.

Sudah empat tahun, dan hari ini perayaan Perang Obor yang telah dikoar-koarkan di media sosial berbulan-bulan yang lalu akan dilaksanakan lagi. Perang Obor hari ini, aku pun sebenarnya ingin melihatnya lagi bersama kalian. Dengan rangkaian gerimis, wayang, dan ketoprak orang yang tak bisa terlupakan.

Salam sayang dari temanmu ini yang sedang merindukan kalian. Semoga apa yang kalian lakukan tidak sia-sia dan kita bisa menjadi seseorang yang bisa membanggakan kedua orang tua kita. Semoga kita menjadi seseorang yang tidak akan pernah lupa dengan masa lalu yang menempa kita, dan tetap melihat masa depan sebagai sebuah kesempatan yang tak boleh disia-siakan.

Dan kaki-kaki ini boleh jadi menjadi saksi, bahwa kita nanti akan menjadi yang lebih baik lagi.


Kamis, 09 Mei 2013

Tap tap tap

Tidak ada seorangpun yang ingin tahu siapa sebenarnya saya. Apa saya ini teroris, penjahat atau koruptor, tak ada seorangpun yang ingin tahu. Karena memang sepertinya tidak ada penting-pentingnya bagi mereka dan tidak ada manfaatnya sama sekali.
Masa lalu apa lagi? bertahun saya menguburnya dalam-dalam. Awas saja kalau ada yang mengangkatnya ke permukaan. Tak akan sudi saya menatap wajah orang itu, mendengar suaranya apa lagi.
Haha, dunia memang aneh. Bisa mengubah manusia tanpa kata menjadi seorang pembual, bisa merubah penganiaya menjadi seseorang super alim yang bahkan saya pun tidak bisa mendekatinya sama sekali. Kau yang jahat tidak selamanya jahat, dan kau yang baikpun tidak akan selamanya baik.
Pintu itu, langkah kaki, es teh manis, dan saya si muka kotak. Rangkaian yang bahkan saya sendiri tidak tahu, mengapa Allah merencanakannya seperti itu. Satu tahun pertama, tak bisa percaya pada siapapun, di tahun kedua tetap sama, tahun ketiga sampai tahun terakhir semakin tidak percaya bahwa makhluk yang bernama teman itu ada.
Dulunya pun saya ini manusia penuh harapan. Menjadi lebih baik, menjadi lebih pintar, menjadi lebih untuk kedua orang tua saya. Tapi sekarang? Karena sebuah sesi yang melepas jangkar saya dan melepas kapal saya, membuat saya terombang-ambing. Meragukan dunia, meragukan siapapun yang akan dipercaya.

Selasa, 16 April 2013

Aku buat ini untuk menjadikannya memori

Aku buat ini untuk menjadikannya memori. Tak akan terlepas dan tak akan terhempas. Melekat erat dalam rongga-rongga di kepala. Menggema dan menggema ketika aku mulai mengingatnya.Dan ketika menjadi-jadi, aku akan mulai meredamnya dengan menambal rongga di kanan-kiri. Aku hanya menambalnya, menutupnya, tanpa pernah membuangnya. Biar saja, ini hanya memori. Bukan hal yang perlu ditangisi atau dikasihani. Bukan hal yang membuatku tertahan dari kehidupan, bukan hal yang akan menyita hari-hariku. Bukan pula citra yang harus dipertahankan. Ini hanya memori yang bisa ditutup dan dibuka kapan saja. Ini hanya album, yang menyimpan cerita, kisah tawa, dan kumpulan jalan yang pernah ditempuh bersama makhluk Tuhan lainnya.

Ini hanya memori, yang akan tetap dipertahankan. Yang tak akan dihapuskan walaupun sempat terasa menyakitkan.

Senin, 15 April 2013

Sekarang aku yang menunggu.

Sekarang aku yang menunggu detik
Kapan mereka akan diistirahatkan
Kapan mereka akan direhatkan sejenak
Pada satu detik dimana duka ditiadakan
Resah, gundah, khawatir dan perasaan lelah dilenyapkan
Dan senyum-senyum merekah tanpa pernah merasa jengah
Tanpa pernah merasa harus mengalah oleh masalah
Sekarang aku yang menunggu hari terbagi
Menjadi kompartemen-kompartemen yang ditata hati
Sedih terpisah dengan bahagia
Luka terpisah dengan gembira
Dan aku bisa bebas memilihnya
Memilih satu hari yang diisi oleh kompartemen bahagia
Tanpa takut tersesat di bukit penuh duka dan derita
Tanpa pernah khawatir akan ditusuk luka kembali
Sekarang aku yang menunggu
Waktu untukku merasakan senyum yang merekah tulus
Dan senyum-senyum mereka yang tersenyum kepadaku, dengan tulus.
Karena aku dan mereka tau, kita mengejar bahagia dengan menjadikan baik sebagai patokan.

Senin, 08 April 2013

Sebenarnya ini sama saja

sebenarnya ini sama saja, hanya berbeda tata bahasa. Tapi isinya tetap sama, bualan-bualan yang terangkai dalam kata. Kadang elegi yang mengecam hari, kadang melodi yang berseri-seri.

Minggu, 07 April 2013

Hanya satu otak yang berharap

Menjadikanmu sebuah patokan sepertinya adalah sebuah keputusan yang sangatlah salah. Aku pikir kau ada untuk menanti, hingga aku akhirnya pun menanti. Aku pikir kau ada untuk menunggu, makanya akupun menunggumu. Tapi di jalan yang sejajar ini kau malah berbelok dan berpindah tujuan. Membuatku kebingungan, membuatku merasa konyol karena mengikuti kecepatanmu. Sepertinya hanya ada satu otak yang berharap, dan hanya sendirian berharap. Dan satu otak lainnya pergi entah kemana.

The Killer - Human

I did my best to notice
When the call came down the line
Up to the platform of surrender
I was brought but I was kind

And sometimes I get nervous
When I see an open door
Close your eyes, clear your heart
Cut the cord

Are we human or are we dancer?
My sign is vital, my hands are cold
And I'm on my knees looking for the answer
Are we human or are we dancer?

Pay my respects to grace and virtue
Send my condolences to good
Hear my regards to soul and romance
They always did the best they could

And so long to devotion
You taught me everything I know
Wave goodbye, wish me well
You've gotta let me go

Are we human or are we dancer?
My sign is vital, my hands are cold
And I'm on my knees looking for the answer
Are we human or are we dancer?

Will your system be alright
When you dream of home tonight
There is no message we're receiving
Let me know, is your heart still beating?

Are we human or are we dancer?
My sign is vital, my hands are cold
And I'm on my knees looking for the answer

You've gotta let me know

Are we human or are we dancer?
My sign is vital, my hands are cold
And I'm on my knees looking for the answer
Are we human or are we dancer?

Are we human or are we dancer?
Are we human or are we dancer?

Beranjak dari sisi kiri

Pintu telah ditutup
sumber inspirasi telah dibuat mati
tidak akan ada lagi harapan sebelah hati

mari jalani hidup ini
nikmati hari-hari
tanpa ada yang mengikat di sisi kiri
tanpa ada yang membuat berharap untuk menjadi berarti
dan selamat menertawakan diri sendiri
akan kebodohan dan kekonyolan yang dilakukan setiap hari.

Berhenti dan saatnya mengejar mimpi.
Aku sudah tidak peduli dan akan mulai beranjak dari sisi kiri.

Bogor, 7 April 2013

Sabtu, 16 Maret 2013

Saved in my phone memory


 Berangkat Kuliah - Trotoar Jalan Raya Dramaga

Berangkat Kuliah - Sebelah Gedung Kuliah A

 Berangkat Kuliah - Koridor FEMA

Pemandangan di Jalan Kecil Sebelah PLASMA FEMA

 Bronjong di Sebelah Asrama Putri TPB IPB


 Batu bata ditumpuk di Jalan Babakan Raya (Bara)

m
Pintu Toilet di FATETA

Rektorat IPB

Kursi Perpustakaan LSI


Pemandangan dari Lab Komputer Dept. Teknik Sipil dan Lingkungan

Taman segitiga FATETA

Maafkan orang sombong ini kawan.


Dan kau tetap berfikir aku ini salah satu orang baik setelah semua perlakuan burukku padamu? Maaf kawan, maaf atas kepicikanku ini, maaf atas segala keegoisanku yang membuatku sering menomorduakan dirimu. Maaf atas segala keacuhanku keenggananku menjawab pertanyaan-pertanyaanmu kawan. Aku ini bukan apa-apa, aku ini tak sebaik seperti di pikiranmu, tak sehebat apa yang mereka atau kau pikirkan. Aku ini bukan siapa-siapa kawan. Hanya seorang penakut yang menutupi ketakutannya dengan berbagai macam dalih. Terkadang aku ingin menyingkir darimu karena aku justru takut menghambat langkah-langkahmu yang begitu cepat, aku takut akan memudarkan mimpimu dengan segala pesimistisku. Aku takut aku akan mencegahmu untuk sukses kawan. Aku takut makanya aku menjauh.

Senin, 11 Maret 2013

Tidak ada

"Tidak ada seorangpun di dunia ini yang dengan sengaja mengundang derita dan melarang bahagia untuk datang menghampirinya. Tidak ada. Aku harap kau pun tidak.

Kias


Karena waktu tak pernah mengijinkannya

Rautnya bertanya-tanya. Dunia ini nantinya akan jadi seperti apa? Akankah alien benar-benar menjamah kita? Atau akan ada ultraman yang akan menyelamatkan kita dari monster-monster yang habitatnya dijarah manusia?

Dia tak akan pernah tahu. Karena waktu tak mengijinkannya untuk tahu. Dunia baginya hanyalah hari ini dan hari yang lalu, yang tertata rapi dalam memorinya. Disimpannya dalam loker-loker pikirannya agar mudah untuk mencarinya. Agar dia tidak pernah terlupa, setiap jengkal dunia yang ditapakinya, setiap orang yang menyayanginya, setiap kebaikan yang dia terima, setiap tawa yang dia rasa. Kisah bahagia maupun derita tetap berharga untuknya. Karena itu yang dia punya di dunia. Karena dia takkan merasakannya untuk yang kedua kalinya.
Karena waktu tak pernah mengijinkannya.
Karena waktu tak mengijinkan detiknya melaju lebih lama.

Basa-basi basi

basa-basi bagai adiksi
untuk melangkah maju mengenal lebih banyak lagi
curahan kata-kata konstruktif ditata dengan apik
bagai lirik menyamarkan gerak gerik
menarik segala tendensi
dari serapah dan caci maki
konflik sebisa mungkin dihindari
menyamakan preferensi
walau terasa fiksi

sepi, terkadang menjadi basi
basa-basi basi.

Minggu, 10 Maret 2013

Jika dia bisa memilih

pada akhirnya dialah yang di tinggalkan
setelah ketidakmengertiannya disalahartikan
dia yang tidak bisa mengerti dunia
bukan dunia yang tidak bisa mengerti dia
dering-dering telepon yang diabaikannya
yang tanpa sadar membakarnya
tidak ada yang tahu
siapa sebenarnya dia di dalam  dirinya

detik itu membawa dia,
dan masa-masa kecilnya
tertawa seperti yang dia inginkan
dengan detik-detik yang berputar ke belakang
berbalik mundur.
membuatnya merinding
dengan lagu-lagu yang menyimpan elegi
petikan-petikan gitar tak terlengkapi

jika dia bisa memilih
jika dia bisa beralih
bukanlah elegi seperti ini yang dia pilih
ditikam sana sini
oleh orang yang bahkan tidak pernah berfikir
tidak seharusnya dia disini

Putih


Tak ada arti

menantang di depannya
dengan asap rokok di udara
memasuki paru-paru hampa
yang terusak menahan detak
dia menggambarkan sosok dengan titik-titik bertumbukan
titik-titik kosong,
palsu belaka.
kelontang berbunyi,
ini hanya gambar yang disobek-sobek lagi
tak ada arti
tak layak di memori
seperti air kopi yang di buang ke kali
tak terasa oleh jari-jari

Jumat, 01 Maret 2013

Perang obor, api dan gerimis

Terkumpul jiwa yang bertanya-tanya
Yang mengikatkan diri dalam transparasi
Dan tak pernah peduli pada preposisi
Karena kata dasar cukup untuk saling mengerti
Kita tertawa dengan imajinasi
Terbahak kala senja hari
Menunggu perang dimulai lagi

Obor dibakar
Emosi melebar
Meluap menghancurkan amarah yang beredar
Api menjulang tinggi
Hawa panas menyergap hati
Bara mengenai diri

Titik-titik berjatuhan
Meredam bara api yang memerah
Menjadikannya tenang.
Gerimis di malam itu
Walau tidak mematikan api
Tapi cukup mampu untuk menenangkannya
Membuat lemah amarah.
Mengurangi pertumpahan darah.

Minggu, 17 Februari 2013

Sampai matiku kalian tetaplah saudaraku.

Sampai matiku kalian tetaplah saudaraku.

Belasan tahun terlalui, rentang waktu kelahiran kami memang tak terpaut begitu jauh. Hanya beberapa bulan atau beberapa tahun. Aku yang pertama di kloter ini. Lima bulan lebih tua dari kedua sepupuku yang lahir di bulan september 1993, vita dan mbak endah. Selanjutnya di tahun yang sama nita dan api menyusul, di tahun 1994 tangis mereka pecah, dan senyum orang tua kami merekah. Akhirnya menjadi ibu, akhirnya anak kedua lahir, akhirnya menjadi budhe pakdhe atau bulek paklek, akhirnya aku punya sepupu baru lagi. Beberapa bulan di tahun berikutnya, tahun 1995 giliran adit yang merasakan dunia untuk pertama kalinya. Bumi ini menyatukan kami dalam ikatan persaudaraan.
Kloter sebelum kami jaraknya terpaut hampir 6 tahun. Kakakku yang tertua, mas johan di tahun 1987 menggetarkan udara dengan tangisnya. Disusul ida dan dek anik di tahun berikutnya. Mereka adalah penjaga kami. Menuntun kami karena mereka yang lebih dulu menjejak dunia.
Kloter terakhir adalah iin dan bila. Bocah yang sekarang menjejak masa remaja. Jaga diri baik-baik ya bocah-bocah bandel. Tinggi mereka berdua malah melampauiku sekarang.

Terima kasih Tuhan telah memberikan ikatan ini pada kami. Persaudaraan ini sebisa mungkin akan kami jaga seperti orang tua kami menjaga persaudaraan mereka. Kami sebisa mungkin akan mewujudkan mimpi-mimpi mereka yang tertunda. Terima kasih untuk kasih sayang yang tak terbatas selama ini.

Sabtu, 16 Februari 2013

Membias.

Membiarkan memori ini terus berkunang. Membias dan menjadi tak jelas antara mimpi, pengharapan dan kenyataan. Menjadikannya menjadi sebuah fiksi yang dilegalisasi. Sebisa mungkin menjauhkan teriakan-teriakan untuk berhenti, menjadikannya samar, menyamarkan dengungnya.
Kuas-kuas yang catnya dibiarkan membekas, untuk menjadikannya kaku dan tak bisa diubah, pengaruh untuk tetap terus mendominasi.

Aku dan kalian

Dan kita akan kembali menyusuri langit. Biru ataupun saat senja aku tak peduli. Entah kapanpun itu aku akan tetap menunggu. Ketika keangkuhan tak lagi menjadi nomor satu dan kebersamaan menjadikan aku dan kalian selalu ingin menyatu. Tak ada dalang-dalang lain yang akan mengganggu jalan cerita kita. Lakon-lakon hanya kita yang menciptakannya, sesuka kita, sesuka imajinasi kita mau berlari kemana.
Kita tak akan takut dengan gelapnya jalan-jalan. Tak butuh obor di tangan, hanya kepercayaan untuk tetap bergandengan dan tetap percaya diantara kita. Aku yakin kita akan kembali ke awan yang sama untuk menyusuri langit yang sama.

Aku tidak tahu bagaimana caranya, kawan.

Hijau kembali lagi. Menawarkan senyum menawan yang tak lekang, hanya sementara. Seakan mengejekku perlahan. Aku yang selalu menghela napas di setiap kesempatan. Menyenangkankah kawan? belaian-belaian awan yang kau rasakan? dan teriknya sang surya dihamparan, tidakkah kau membiarkanku untuk melihatnya pula?
Langkah yang kau tinggalkan membekas di tanah merah, tak terhapus oleh amarah dan tak pernah berganti arah. Tak bisakah kakimu berhenti bergerak sejenak,menghentikan langkahmu untuk sekedar menengok ke belakang? Atau kau akan terus berjalan,meninggalkan bayang yang tak tahu caranya untuk tidak tetap mengikuti jejakmu?

aku tidak tahu bagaimana caranya kawan.

Minggu, 27 Januari 2013

Oh Tuhan.. Ternyata dulu gue juga alay

Selama ini gue paling sebel kalo ngeliat bocah-bocah jaman sekarang pake bahasa yang alay-alay begitu. Singkatan-singkatan sok imut dan dilebih-lebihkan.
Tapi ketika gue buka blog gue jaman jahiliah dulu (disensor nama blognya), gue kok jadi jijik sama tulisan gue itu yah. Sumpah alay banget dan kesannya selalu mengasihani diri sendiri. Gak nyangka kalo gue juga dulunya remaja labil seperti itu. :(
Haha.. manusia berproses lah. Gue yang dulu alay sekarang udah gak alay lagi :P
Jaman dulu ya jaman dulu. Sekarang ya sekarang. Jaman dulu dan sekarang bakalan jadi modal buat masa depan #apasih
Yang pasti sekarang gue inget dan gue sadar. Dulu gue pikir gue ga bisa bangkit, dulu gue pikir gue bakalan terus-terusan terpuruk. Tapi sekarang ketika gue ngaca *ebuset dah ngaca*, gue rasa gue bisa bangkit. Bukan gue rasa lagi, tapi gue emang udah bangkit dari masa-masa itu *sok serius*
Apa yang dulu gue pikir gue ga bakal bisa ngelakuin hal itu, satu persatu Allah mulai menunjukkan jalan.
Ketakutan-ketakutan tak beralasan gue dulu, tidak terbukti sama sekali. Dunia ya seperti aku melihatnya, Terkadang begitu negatif terkadang begitu positif. Terkadang membuat malas, terkadang bersemangat setengah mati.
Yang pasti satu hal yang harus terus diingat. Allah akan selalu memberikan jalan bagi hamba-hambanya yang meminta kepada-Nya.
:)

Keponakan gue - Chivu

Okeh, salam dulu.
Assalamualaikum Wr. Wb.

Sekarang gue mau cerita tentang keponakan gue yang namanya chivu. Dia cowok, tapi gue gak tau nama lengkapnya siapa dan berapa umurnya sekarang. *Maaf, gue emang bukan tipe orang yang perhatian*
Yang pasti dia masih batita. Dia anak dari sepupu gue, mas ari, manusia yang dulu berambut panjang tapi setelah punya anak akhirnya tobat dan memotong rambutnya jadi pendek.
Well, ini anak cakep dan lucunya minta ampun. Lincahnya gak ketulungan. Panjat sana panjat sini. Akuarium dipanjat, jendela dipanjat semua-muanya dia panjat. Dan dia selalu ingin tahu dan suka meniru, apa yang gue lakuin sering ditiru ama dia. Gue ngelempar batu dia ikutan, gue nendang batu dia ikutan, pokoknya kemana-mana gue sering banget diikutin ama dia.

ini nih keponakan gue yang ganteng :3

pegang kepala dulu yah nak sebelum digundul :)

gerbangpun mau dipanjat juga
 
 pake baju merah euy
 
 foto dulu sama chivu sebelum rambutnya dibotakin
 
Haha.. entah ga tau karena alasan apa si emaknya chivu ini ngebotakin tu anak. Asli jadi mirip tuyul. Haha.. Gue aja sempet syok pas dikasih liat fotonya, soalnya pas itu gue masih di bogor.
 ini sumpah gue gak paham sama si emaknya kenapa anak cakep-cakep jadi tuyul kaya begini -_-
 
Sekarang sih udah mending, udah tumbuh lagi rambutnya. Agak mendingan lah mukanya. Haha..

 Mukanya udah agak mendingan :P

Yang gue suka dari bocah ini adalah dia selalu membagi apa yang dia punya. Berkali-kali setiap gue kasih makanan atau jajanan ke dia, hal yang pertama kali dia lakuin adalah menawarkan makanan itu ke temen yang ada di dekatnya, biasanya ke keponakan gue yang satunya lagi si riski. Anak bocah aja udah ngerti berbagi. Kece lah.. :3
Dari anak kecil pun kita bisa mengambil pelajaran. Berbagi itu bisa dilakukan oleh semua usia, yang bocah aja bisa berbagi kenapa yang udah rada tuaan malah pada egois gak mau berbagi dengan saudaranya sendiri *red-sesama manusia.


 

 

 
 

Info Akademik Semester Genap 2012/2013 Institut Pertanian Bogor


Oh man !!! Pak JK ke IPB !!

Oh man !!! Pak JK ke IPB !!

Pak Jusuf Kala yang kece sekali itu, tanggal 30 januari bakalan nongkrong di IPB. Dan pada tanggal itu gue masih di Jepara !!!!
Oh man... kenapa bapak datang tanggal segitu :(
Kenapa gak pas anak-anak habis pulang kampung pak :(

Orang Jepara yang ingin ke Karimun Jawa

Gue orang jepara. Asli orang Jepara. Lahir di Jepara dan hidup selama 17 tahun penuh di Jepara. Tapi gue yang orang Jepara ini bahkan tidak pernah sekalipun menginjakkan kaki di Karimun Jawa yang  notabene masih di wilayah kota Jepara. Haha.. Jujur gue malu. Malu banget. Apalagi setiap anak-anak kampus pada nanyain udah pernah ke Jepara belom. Huehh.. boro-boro mamen. Gue ini anak rumahan. Kalo gak dipaksa-paksa, kalo gak ada temennya yah boro-boro gue mau keluar dari kamar gue tercinta ini. Muter-muter Jepara juga jarang-jarang. Kalo gak diajakin sama anak-anak ENSAF dulu palingan bareng sodara-sodara atau gak bareng si unyil sama nunclep yang sekarang udah jarang banget ketemu sama gue :( Sibuk ya nak?

Iseng-iseng sejak tadi pagi gue buka-buka webnya backpacker indonesia. Yah, gue tau tentang forum ini karena beberapa bulan yang lalu gue ga sengaja ketemu sekelompok dari mereka yang sedang kopdar di gunung gede. Pas itu gue lagi naik ke Gunung Gede bareng anak-anak Teknik Sipil dan Lingkungan IPB yang paling kece !!! Dulu mata gue bener-bener tertutup tentang gunung-gunungan atau backpacker-backpackeran. Tapi sejak gue naik ke gunung gede bareng anak-anak Teknik Sipil dan Lingkungan yang menamakan dirinya VECOVILING ini gue jadi ketagihan pengen naik gunung lagi. Walaupun nangis-nangis sampe semaput juga gue masih mau kok naik gunung lagi :3. Baru satu minggu yang lalu gue backpackeran bareng anak-anak VECOVILING lagi (eh, pertama kali backpackeran deng :3) di Bromo sama Malang. Banyak hal tragis tapi banyak pula bantuan coy. Kalo mau baca kisah kami di Bromo dan Malang bisa buka blog om didi cuplis yang kece ini (klik disini). Disana om didi juga ngerinci pengeluaran kita selama di malang dan bromo. Kece euy :3

Okeh lanjut, jadi sejak tadi pagi setelah bangun tidur, solat subuh dan sarapan, gue iseng buka forum BPI itu. Gue search tentang perjalanan ke Karimun Jawa. Ada banyak euy.. gue jadi bingung mau baca yang mana. Akhirnya mata gue tertuju pada salah satu judul posting ini  CARA MURAH WISATA KARIMUN JAWA ( dg KM Ekspress Bahari + SNORKELING dari PAGI s/d SORE). Gara-gara ada embel-embelnya murah. Haha... Cukup lengkap emang. Baca aja sendiri ah (sebenernya niatnya gue mau nge-review tapi terlanjur males.. :D)

"dari Forum Backpacker Indonesia *credit to : agan Hiqmad
Bagi rekan2 yang mo ke KARIMUN sendiri (tanpa EO) ini rinciannya :
Kapal Cepat Ekspress BAHARI - kapasitas 348 orang - waktu tempuh 2 jam-an dari Jepara tarif : 84rb. kalo hari jumat - tiket biasanya cepat habis karena banyak Wisatawan. bila tiket saat kita datang di hari jumat telah habis pesan ajah tiket untuk hari sabtu...biasanya masih ada...!! sambil menunggu hari sabtu - rekan2 bisa jalan2 ke KUDUS - DEMAK dan keliling JEPARA. Kalo mo bermalam di pantai Kartini - Jepara ada Homestay KOTA BARU dengan tarif 70rb (fan) - 120rb (AC) atau di ASIA HOTEL di Jl,Kartini dekat alun2 Jepara...asyik juga khan....bisa jalan2 ke Pulau Panjang di Jepara, menikmati Pantai Kartini atau Pantai Bandengan atau sekedar JJS di Jepara & Wisata Kuliner di KUDUS. Adapun kapal penyeberangan di pelabuhan sini ada 3 jenis kapal, yaitu Kapal KM Muria (feri, lama tempuh sekitar 5-8 jam), Kapal Ekspres Kartini, dan Kapal Ekspres Bahari 9. KM Muria dan Kartini di bawah kelolaan Dishub, untuk informasi tiketnya dapat menghubungi Bapak Susilo di nomor HP 0813 282 66781. Sementara Kapal Ekspres Bahari 9 (lama tempuh sekitar 2 jam, sama seperti Kapal Kartini), berada di bawah kelolaan swasta yaitu PT Pelayaran Sakti Inti Makmur, dapat menghubungi Bapak Novera di nomor HP 0823 2545 6161. sebaiknya hub dahulu Bapak Novera di nomor HP 0823 2545 6161. Bila perlu pesan tiket langsung ke beliau agar tidak kehabisan sebelum hari yang ditentukan via transfer dan bukti transfer nanti ditunjukkan setelah kita tiba di JEPARA - tepatnya di kantor KM EKSPRESS BAHARI - atau tempat yg telah di janjikan oleh Bp. Novera
Jadwal pemberangkatan KMP MURIA ( Rp. 35rb - lama perjalanan 6 jam) dari jepara ke karimunjawa ataupun sebaliknya.
Jepara - karimunjawa (09.00-15.00)
- sabtu
- senin

- rabu
 Karimunjawa - jepara (09.00-15.00)
- minggu
- selasa
- kamis "
 Setiba di Karimun jawa, disana banyak HOMESTAY dengan harga 60rb (kamar mandi luar) dan 75 rb kamar mandi dalam. 1 kamar tidur bisa untuk 2 orang (jadi bisa patungan). Listrik baru hidup dari jam 18.00 - 06.00 pagi. jam 06.00 - 17.30 tidak ada LISTRIK.. Kalo sabtu - minggu, karena banyak wisatawan, maka kita bisa ikutan SNORKELING dengan membayar 150rb / hari dari pagi hingga sore (min.6 SPOT) hubungi CP. : 081 326 459 910 (Bp. Mukhlis : Homestay Puri Karimun). Hari pertama setiba di karimun jawa sebaiknya sewa MOTOR u/ 6 jam = Rp.40rb, lalu jalan2 ke legon LEle, Legon Waru, Pantai Nirvana dan Tj. Gelam (liat SUNSET) malam hari jalan2 ke Alun2...beli ikan bakar..(murah2 Lho,,!!). Hari ke 2 : Snorkeling dari pagi hingga sore. Hari ke 3 : pagi hari lihat SUN RISE di Pantai Nirvana dan Snorkeling di pinggir pantai hingga ke 100 - 200 m dari bibir pantai...kedalaman hanya seleher orang dewasa. Hari ke 3 : jam 13.00 pulang ke Jepara...sampai jepara jam 15.30..lalu ke terminal...
NB : rekomendasi emang seh wisma apung okeh banget...
WISMA APUNG ( Penginapan di Karimun tepatnya di tengah laut )
Contact : Ibu Nurul : 0813 25 110 999
Biaya = 160.000 / Kamar termasuk sarapan pagi ; Extrabed = 50.000
Tips : Makan malam disini cukup mahal : 25.000, Jadi kalau mau nabung, nyari makan di alun2 saja pakai kapal nelayan yang disediakan gratis.
Sebenarnya menginap di wisma apung terbilang cukup mahal, namun terbayar dengan fasilitas disana salah satunya terdapat kolam Hiu, penyu raksaksa, kapal nelayan gratis, life jacket gratis untuk berenang dan pastinya pemandangan yang luar biasa.
Bila anda ingin SNORKELING bisa bicarakan dengan pemilik/pengurus di WISMA APUNG - kalo hanya 1 - 2 SPOT bisa dikasih harga 50rb...tapi kalo seharian (6 spot) bisa 100rb - 150)
"


Kece kan yah.. Kece banget buat jadi referensi. Bahkan sampe ada CPnya segala. Sayangnya si abang kaga ngasih tau biaya dari Jakarta ke Jeparanya. Kalo dari Bogor ke Jepara sih gue apal mati. Haha... Soalnya udah berkali-kali pulang kampung. Kalo dari Jakarta bisa naik bis atau kereta, atau kalau mau yang lebih kece lagi naik pesawat juga bisa. Untuk yang naik kereta sama pesawat paling pol cuma sampe semarang, udah itu ke Jeparanya bisa naik bis atau travel. Soalnya di Jepara ga ada stasiun sama bandara, ada juga bandara kecil di Karimun Jawa. Untuk yang naik bis bisa langsung sampe di alun-alun kota Jepara, harga tiket bis sekitar 110ribuan. Banyak pilihan bis coy, beda sama pilihan bis dari bogor ke jepara yang cuma beberapa.

Kalo dari bogor sama coy ! Bisa naik kereta atau bis. Lu kalo betah sengsara tapi budgetnya tertekan sedikit, lu bisa milih naik kereta. Kalo bareng-bareng mah, sengsara juga ga kerasa !!! Haha.. Kalo naik bis dari Bogor ke Jepara harga normal 135ribu - 150ribu, biasanya gue sih naik nusantara. Tapi kalo naik bis lainnya kayanya dapetnya lebih murah. Paling cuma nambah biaya angkot ke agen bisnya aja. Lima rebu kalo dari dramaga. Oh ya, pilihan bisnya ada shantika, bejeu, muji jaya, haryanto, apalagi yah? lupa gue.

Kalo naik kereta ini rinciannya (ini gue dari ipb dramaga bogor yah)
- Angkot ke stasiun : 5000
- Commuter Line ke Jakarta Kota atau Pasar Senen : 9000 (kalo gue sih lebih prefer ke jakarta kota *udah biasanya yang itu*)
- Tiket kereta tawang jaya ekonomi (Ps Senen - Semarang Poncol) : 33500 (harganya belom naik kayanya)
- Dari Poncol naik bis ke terminal terboyo : 4000
- Dari Terminal Terboyo naik bis jurusan jepara : 11000 (ntar turun di terminal ato kalo gak di kanal)
- Udah itu naik becak ke darmaga pantai kartini 10-15ribuan
Totalnya : 72500 - 77500

Hampir separohnya pokoknya. Kalo gak mau capek-capek mendingan juga naik bis aja. Tapi kalo mau ngirit budget ya naik kereta aja.

Sebenernya udah ada wacana dari anak-anak ENSAF buat liburan ke karimun jawa. Tapi karena cuaca kurang mendukung dan jadwal kita cuma sedikit yang cocok akhirnya dibatalkan. Anak vecoviling juga udah pengen-pengenan. Semoga nanti setelah Praktik Lapang ada liburan, biar kita bisa barengan kesananya :3


Semoga gue yang orang jepara ini pernah menginjakkan kaki di pulau karimun jawa tercinta yah :3
Biar tidak malu sama anak cucu.. Haha..

Sabtu, 26 Januari 2013

Rintik hujan

ini seperti hujan yang terekam perlahan
rintiknya, dinginnya, harumnya
medispersi titik titik di udara
memenuhi ruang-ruang hampa
dengan bulir-bulirnya
mengalir dari udara ke permukaan
menjalar dalam setiap saluran
memenuhi rongga yang dulunya terisi udara

Perlahan mengisi,
hari-hari datar terpolusi
dengan rintik menyegarkan
membantu meluluhkan kekesalan
yang mengganjal di kepala
dengan api yang menyala
pelan-pelan teredupkan
oleh butiran rintik hujan

Selamat Udin Markudin !!!!

Selamat buat temen gue tercinta yang udah berhasil mendaki gunung selamet yang ketinggiannya 3428 mdpl. Selamat buat Dinna Amalia Rahmah yang akhirnya kesampean juga foto diatas awan. Selamat anda kece !! Haha..

Udin markudin lagi mau naik ke puncak gunung selamet. Kece kau nak !!!

Salut gue sama bocah satu ini. Haha.. empat hari di gunung, udah dah gue ga bisa bayangin gimana rasanya. Yang pasti lu kece, lu tangguh dan lu perkasa mamen.. Haha..
Walaupun lu nangis karena ngerasa hampir mati gara-gara hipotermia. Tapi lu tetep kece !!!

 

Aku mau waktu kita lagi

Dentam langkah kita terdengar begitu keras dipikiranku. Bergaung memenuhi rongga-rongga di telinga, memberikan pandangan tentang masa-masa dahulu ketika bahagia dan derita hampir sama kapasitasnya. Luka yang menganga dibiarkan begitu saja karena yakin bakal menutup dengan sendirinya. Kebersamaan yang dulu awalnya dipaksakan, dalam setiap ajakan yang diwajibkan tapi hanya segelintir saja yang datang dan itu kita.
Mulai bersama menjelajah tempat tinggal rekan kita, berbondong bondong saling berbonceng dan tanpa takut memacu gas sekencang-kencangnya. Menantang adu cepat dengan orang yang tidak kita kenal dijalan, tertawa-tawa mengomentari orang-orang yang kita lewati. Berdiri di boncengan untuk menikmati semilirnya angin. Pura-pura tak takut bahaya, karena memang saat itu sedang terlupa karena sedang membiasa terhempas angin. Terpeleset, handphone terjatuh, ban bocor, bonceng tiga dan banyak lagi, dan itu kita.
Aku sedang menunggu saat-saat itu kembali lagi, disaat setiap dari kita mau menyisihkan waktunya untuk menjelajah kota kelahiran kita ini. Untuk memacu motor kita bersama lagi, menikmati pantai yang kita bilang bahwa pantai itu lebih indah dari pantai-pantai yang ada di bali. Melewati lagi hutan-hutan karet itu, melewati lagi hutan-hutan coklat dan kopi itu. Berhenti di sungai dan jembatan hanya untuk mengambil foto. Menceritakan semua yang kita lihat dan rasakan.
Aku menunggu saat-saat itu datang lagi, biar sepi ini terhempas lagi. Aku menginginkan waktu-waktu kita lagi, di pantai-pantai di rumah-rumah kita atau rekan-rekan kita. Aku mau waktu kita lagi.

Hai hai.. Lalala..

Hai hai.. kembali lagi. Perasaan seperti ini, ingin menulis banyak tapi otak terlalu ogah untuk memilah apa yang ingin ditulis. Dan yang terpikirkan jadi tidak ada !!!
Ingin membagi sesuatu tapi terlanjur lupa akan setiap detailnya, endingnya jadi malas menceritakannya.

Lalala.. tak tahu lah. Tulis saja basa-basi hari-hari yang terbiasa terlintas. Hanya berupa siklus antara tidur dan makan yang tak ada hentinya. Terbangun untuk tertidur lagi dan tersentak sejenak hari ini karena mendapat email dari sang asprak yang bilang bahwa tugas praktikum belom dikumpulkan. Syok setengah mati, karena nilai sudah ditulis oleh sang asprak dengan kata-kata "TIDAK MEMUASKAN", sedang uas kemarin hanya bisa mengerjakan 4 dari 10 soal. Jungkir balik sms teman satu kelompok yang ternyata saling tidak tahu menahu. Matilah aku !! tinggal tunggu saja abjad apa yang akan menempel pada mata kuliah tersebut.

Lalala.. mau dilupakan? silahkan saja, tapi kata rekan kerjakan dulu sebisanya, sedangkan leptop tercinta yang berisi harta karun berupa master laporan dari angkatan sebelumnya dan materi kuliah tersimpan rapi di kamar kos di bogor. Mati langkah ! Tak tahu pula mana yang harus dikerjakan sedang sepertinya itu semua percuma. Kecuali memang ada kesalahan mungkin itu bisa diampuni.
Lalala.. dapat sms untuk segera mengecek email
*ngacir dulu ngecek email*

Kamis, 17 Januari 2013

AKhirnya gue bikin logo juga

Well, akhirnya saat ini datang juga. Gue yang selama ini menghindari setengah mati bikin logo karena butuh filosofi tinggi akhirnya bikin logo juga. Atas permintaan tante dini yang kece akhirnya gue menerima perintah satu paket itu. Dan itu dimulai dari logo. Gue yang selama ini kalo desain asal masuk-masukin gambar aja tiba-tiba harus bikin logo yang miskin gambar. Harus dibikin kaya apa? gue juga bingung. Sekalinya bikin langsung disuruh revisi.
Ini logo yang pertama kali gue buat seumur hidup gue.
niatnya mau bikin ikan selais malah jadinya kayak ikan lumba-lumba :(
tapi tetep kece sih *menghibur diri*

dan ini adalah revisi kedua, tadinya sih di suruh logonya ada burung serinditnya. Ebuset daaahhh gue aja garis lurus belom bener disuruh bikin gambar burung. Haha.. apalagi dalam waktu semalam, gue ga sehebat sangkuriang atau bandung bondowoso coy. Akhirnya yang nongol di kepala cuma logo kaya begini

dan ini baru gue kirim ke si tante kece, semoga tidak disuruh ganti lagi *penuh harap*