Umur ini sudah semakin menua. Sudah menginjak kepala dua. Tanpa terasa waktu berlalu terlalu lama. Bahkan aku tak sepenuhnya sadar, hidupku ternyata telah dirampas oleh rutinitas.
Sepertinya baru beberapa waktu yang lalu bocah ini masuk TK, merasa phobia dengan semuanya, bahkan sampai tak ingat teman sepermainannya di sekolah pertamanya itu, kecuali dua anak kembar yang notabene tetangga sebelah rumah. Dan waktu berlalu, satu tahun berlalu, merengek untuk dipindahkan karena ketakutan. Dan akhirnya terdampar di sekolah selanjutnya. SD.
Melanglang ke sawah, mencari belalang dan capung, masuk ke kali, bersepeda berkeliling kampung, bermain bola karena mengagumi tsubasa. Aku rasa masa kecilku cukup normal, belum sepenuhnya dirampas oleh si rutinitas, karena masih masa bodoh dengan nilai dan lebih memilih bermain hingga badan gosong karena dibakar matahari.
Dulu ketika SD aku berfikir, SMP itu pasti menakutkan. Dan tiba-tiba tak terasa aku sudah duduk di bangku SMP dan berfikir bahwa SMA pastilah lebih menakutkan. Nyatanya tanpa terasa, karena rutinitas yang sama setiap harinya, tiba-tiba besoknya aku sudah berada di jenjang yang berbeda.
Lalu, sekarang?
Sudah kuliah, sudah tingkat akhir malah. Padahal sepertinya baru beberapa waktu yang lalu aku masih menatap wajah bapak ibuku sebelum merantau ke kota hujan ini.
Mau dikata apa lagi, tiga tahun ternyata sudah terlalui, dengan IPK yang terus-terusan terjun payung dari IPK awal. Semoga di tahun terakhir ini bisa semakin membaik, lancar menjalankan segala kegiatan dan mendapatkan kebiasaan-kebiasaan yang baik.
Di tingkat akhir ini aku harap semuanya berjalan dengan lancar. Aku dan teman-teman SIL 47 bisa menyelesaikan skripsi kami dengan baik dan mendapatkan ilmu yang berguna nantinya untuk pekerjaan kami nantinya. Dan aku harap kami bisa lulus tepat waktu, membanggakan orang tua kami, dan membanggakan almamater kami.
Amin.
Sepertinya baru beberapa waktu yang lalu bocah ini masuk TK, merasa phobia dengan semuanya, bahkan sampai tak ingat teman sepermainannya di sekolah pertamanya itu, kecuali dua anak kembar yang notabene tetangga sebelah rumah. Dan waktu berlalu, satu tahun berlalu, merengek untuk dipindahkan karena ketakutan. Dan akhirnya terdampar di sekolah selanjutnya. SD.
Melanglang ke sawah, mencari belalang dan capung, masuk ke kali, bersepeda berkeliling kampung, bermain bola karena mengagumi tsubasa. Aku rasa masa kecilku cukup normal, belum sepenuhnya dirampas oleh si rutinitas, karena masih masa bodoh dengan nilai dan lebih memilih bermain hingga badan gosong karena dibakar matahari.
Dulu ketika SD aku berfikir, SMP itu pasti menakutkan. Dan tiba-tiba tak terasa aku sudah duduk di bangku SMP dan berfikir bahwa SMA pastilah lebih menakutkan. Nyatanya tanpa terasa, karena rutinitas yang sama setiap harinya, tiba-tiba besoknya aku sudah berada di jenjang yang berbeda.
Lalu, sekarang?
Sudah kuliah, sudah tingkat akhir malah. Padahal sepertinya baru beberapa waktu yang lalu aku masih menatap wajah bapak ibuku sebelum merantau ke kota hujan ini.
Mau dikata apa lagi, tiga tahun ternyata sudah terlalui, dengan IPK yang terus-terusan terjun payung dari IPK awal. Semoga di tahun terakhir ini bisa semakin membaik, lancar menjalankan segala kegiatan dan mendapatkan kebiasaan-kebiasaan yang baik.
Di tingkat akhir ini aku harap semuanya berjalan dengan lancar. Aku dan teman-teman SIL 47 bisa menyelesaikan skripsi kami dengan baik dan mendapatkan ilmu yang berguna nantinya untuk pekerjaan kami nantinya. Dan aku harap kami bisa lulus tepat waktu, membanggakan orang tua kami, dan membanggakan almamater kami.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar