Aku mencium bau perpecahan. Disaat setiap orang mulai lelah dan merasa terbunuh oleh rutinitas. Disaat beban setinggi kepala terus menumpuk hingga tak lagi mampu ditahan. Dan ketika penat merajai ubun-ubun, membuat kepala ingin meledak dan semua orang tidak bisa menahannya, aku mulai mencium bau perpecahan.
Aku mencium bau perpecahan. Ketika kawan menjadi lawan, bahkan untuk sesuatu yang tidak benar-benar diharapkan. Ketika ucapan adalah sebuah dusta yang dipertahankan, dibenarkan dengan segala pembenaran. Ketika ingkar terungkapkan dan ikatan menjadi berantakan. Aku semakin mencium bau perpecahan.
Rutinitas, benci, ingkar, dusta, dan pisau yang menghujam dari belakang, aku mohon kalian bisa memaafkannya.
Agar aku dan kalian tak lagi mencium bau perpecahan diantara ikatan yang sudah susah payah kita pintal bersama.
Aku mencium bau perpecahan. Ketika kawan menjadi lawan, bahkan untuk sesuatu yang tidak benar-benar diharapkan. Ketika ucapan adalah sebuah dusta yang dipertahankan, dibenarkan dengan segala pembenaran. Ketika ingkar terungkapkan dan ikatan menjadi berantakan. Aku semakin mencium bau perpecahan.
Rutinitas, benci, ingkar, dusta, dan pisau yang menghujam dari belakang, aku mohon kalian bisa memaafkannya.
Agar aku dan kalian tak lagi mencium bau perpecahan diantara ikatan yang sudah susah payah kita pintal bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar