Kamis, 12 Juni 2014

Manusia Di Balik Tangan

Rapih sekali mereka menjalankan manuver mereka. Di balik tangan, di bawah kekangan kebebasan mereka tetap bergerak. Nyata mempengaruhi satu per satu orang, bukan dengan cara radikal namun dengan cara halus dan menawan.

Perlahan-lahan tapi pasti, menyusupkan buih-buih anestesi. Mempengaruhi, membuat ragu-ragu menjadi pasti, mebiaskan batas-batas eksekusi. Hingga yang ditalak mati pun bisa bernafas kembali.

Tak pernah ada senyum-senyum kecut pada mimik muka mereka. Mereka tahu usaha kecil mereka tak pernah sia-sia. Tidak mudah memang menyusupkan  nada-nada asing dalam sebuah harmoni. Namun tidak semua hal yang berbeda harus ditentang. Mereka juga tidak memaksakan untuk menang, hanya penerimaan yang mereka harapkan.

Mereka tahu diri, jika rintihan mereka akan sulit terdengar dalam riuhnya gelak tawa sang mayoritas. Tapi itu bukan alasan bagi mereka untuk rendah diri dan merendahkan diri mereka. Kalau bukan diri mereka yang menegakkan diri mereka dan membuat pribadi mereka menjadi pribadi yang bisa dihargai lalu siapa lagi.

Batu pun bisa pecah oleh tetesan air. Sedikit demi sedikit pembuktian mereka, sedikit demi sedikit kebanggaan mereka susun setinggi-tingginya. Membuat dunia perlahan menatap mereka dan menganggap mereka ada dan nyata.

Karena pada dasarnya memang tidak ada usaha yang sia-sia. Harmoni bisa ditambahkan nada, masakan bisa ditambahkan rasa dan hidup bisa ditambahkan warna.

Tidak ada komentar: