Jumat, 27 Mei 2016

Si Tuyul, Tukang Maling Duit Rakyat

Jabatan tidak menjamin seseorang bersyukur dengan apa yang dia punya. Harta memang seringkali membutakan mata.

Seperti orang satu ini, datang dengan sebuah jabatan Kepala Seksi (Kasi) KSDM bukan menjadikan dia seseorang yang datang untuk memperjuangkan hak-hak SDM pegawai proyek, bukan menjadikan dia mengusahakan kesejahteraan pegawai proyek, bukan menjadikan dia penyalur aspirasi orang-orang yang ada di bawah.

Sebuah jabatan yang nyatanya malah ada untuk menekan hak orang-orang di bawahnya dan mengambil kesempatan sebanyak-banyaknya untuk mengambil uang proyek. Entah apa yang ada di pikiran si tuyul satu ini. Gaji lebih dari cukup, tunjangan apalagi sangat-sangat cukup.

Namun yang ada di pikiran dia hanya bagaimana membuat gajinya utuh, dengan segala cara dihalalkan karena akses dia sebagai seorang Kasi. Bagaimana mengambil uang proyek dengan nilai sebanyak yang dia bisa. Mulut manis, menjilat sana-sini, menjilat orang-orang atas, menjelekkan orang-orang di bawahnya, seakan kinerja dia paling baik. Namun ketika ada masalah dengan entengnya lepas tangan, mengkambinghitamkan dan berpura-pura menyelesaikan masalah yang sebenarnya dialah penyebabnya.

"Saya disini untuk memperbaiki administrasi proyek"

Memperbaiki administrasi??
Administrasi baik menurutmu saja, pintar-pintar saja kau cerita, banyak pula duit yang kau maling.


Duit orang-orang kecil di ambil. Hak-hak orang kecil diambil.

Membuat aturan agar tidak ada yang menyalahgunakan uang proyek. Padahal sendirinya liburan bareng keluarga minta dibayari proyek dengan dalih survey lapangan.

Namun ketika ada pegawai yang meminjam uang proyek yang nilainya tidak sebanding dengan biaya liburannya itu, untuk biaya operasi ibu si pegawai proyek malah ditolak mentah-mentah. Dan akhirnya ibu si pegawai proyek meninggal.


Brengsek memang.

Brengsek...

Tunjangan orang-orang nilainya dia kecilkan, sementara untuk dirinya sendiri dia besarkan. Mentang-mentang punya jabatan.


Orang-orang kecil yang makan saja susah masih disusahkan.
Orang yang sekarat dia matikan.
Orang yang bisa dia tendang, dia tendang.

Setan macam apa ini.
Kenapa bisa-bisanya kami diberi cobaan dengan didatangkannya makhluk satu ini di proyek kami yang tadinya begitu tenteram, yang tadinya kinerja dihargai. Dia berhasil rusak.


Bukan kapro kami tidak bisa apa-apa. Si Kapro kalah tua, masih anak muda. Masih belum selicik si Tuyul yang sudah pintar menjilat orang-orang atas.


Kami apalagi, staf kecil. Yang semakin hari semakin dikecilkan oleh si Tuyul. Lemburan kami tidak masuk akal dibandingkan nilai lemburan teman-teman lain seangkatan kami.

Bukannya kami tidak bersyukur.
Kami bersyukur dengan apa yang kami dapat.

Tapi bukan berarti dia bisa semena-mena. Menghambat kami berkembang, menahan semua hak-hak kami,


Sudah terlalu banyak manusia yang telah disakiti si tuyul ini. 
Semoga akan datang azabnya nanti.

Allah akan membalas kelakuannya yang mendzalimi banyak orang kecil dengan azab yang setimpal.

Amin.




Kamis, 17 Maret 2016

Pagi lalu.

Pagi lalu, detik masa lalu kembali lagi mengusik, menggelitik, mengusik musim yang telah tenang, mengusik pikiran yang mulai terbang.

Derik yang dulu kau pastikan berhenti, yang kau pastikan tak akan datang lagi, yang kau pastikan tidak akan kembali. Kini mulai bernyanyi lagi, memang tidak dengan suara merdu atau mendayu, tidak dengan nada-nada minor, tidak dengan frasa-frasa persuasif, namun berhasil menciptakan gegar yang membuat benci memudar.

Aku dan pikiranku mulai buyar, kembali lagi pada parasmu yang tersuar, aku mulai terkapar, jatuh dalam bayang-bayang. Dan pagi menjadi siang, kehadiranmu terus berulang. Aku rasa aku harus pulang, mencari kembali tenang, dan pikiran tentangmu lebih baik aku buang.

Kamis, 14 Januari 2016

Lembaran Kosong

Kamu selalu mencari jengkal, mencari spasi sebanyak-banyaknya. Tapi kamu tahu, semakin banyak jengkal dan semakin banyak spasi berarti semakin banyak pula halaman yang sengaja kamu coba untuk kosongkan.
Lembar kosong tidak selalu menyenangkan, lembar kosong itu berarti kamu mengisi sesuatu yang sebelumnya kosong dengan kekosongan. Kamu mengisi yang hampa dengan yang hampa. Dan kamu  pun menjelma menjadi manusia kosong.
Tidak salah, tidak ada yang salah. Keputusan yang diambil siapapun kapanpun dan tentang apapun memang tidak pernah salah. Karena keputusanpun adalah sebuah pilihan yang tiap orang punya hak untuk melakukannya. Entah itu benar atau tidak dimata orang lain, tapi hal itu selalu benar dimata kita sendiri meskipun hanya pada saat itu.
Dan memilih jadi kosong pun sebenarnya bukan hal salah, hanya saja tidak wajar dan tidak biasa menurut orang sekitar.

Bukan berarti kamu tidak boleh mengosongkan lembaran hidupmu, kamu boleh, hanya apakah kamu mampu mengosongkan sesuatu yang selayaknya harus diisi oleh sebuah pena atau cerita.