Kamis, 17 Maret 2016

Pagi lalu.

Pagi lalu, detik masa lalu kembali lagi mengusik, menggelitik, mengusik musim yang telah tenang, mengusik pikiran yang mulai terbang.

Derik yang dulu kau pastikan berhenti, yang kau pastikan tak akan datang lagi, yang kau pastikan tidak akan kembali. Kini mulai bernyanyi lagi, memang tidak dengan suara merdu atau mendayu, tidak dengan nada-nada minor, tidak dengan frasa-frasa persuasif, namun berhasil menciptakan gegar yang membuat benci memudar.

Aku dan pikiranku mulai buyar, kembali lagi pada parasmu yang tersuar, aku mulai terkapar, jatuh dalam bayang-bayang. Dan pagi menjadi siang, kehadiranmu terus berulang. Aku rasa aku harus pulang, mencari kembali tenang, dan pikiran tentangmu lebih baik aku buang.