Senin, 15 Juli 2013

Salah Satu Siklus

Aku terpaku dalam siklus yang terbiasa terjadi, yang tak tahu kenapa sejak dulu jadi kepercayaan hati. Seperti aku dengan angin, aku dengan pantai, aku dengan darmaga sore itu, aku dengan awan dan langit. Aku menyukai hal-hal itu, aku menyukainya aku menikmatinya. Menghabiskan berjam-jam di jalan dengan sepeda atau dengan motor pinjaman hanya untuk berputar-putar merasakan angin, mengejar awan yang sama, mengelilingi jalan dengan pikiran yang dibuat hampa, aku menikmatinya. Seperti ketika aku terhenti di darmaga pantai sore itu, terdiam mendengar hembusan angin menyapa, menceritakan tentang kisahnya tentang sepinya dirinya hanya bersanding dengan laut. Terdiam berjam-jam, mendengarkan ombak yang sedang bermain-main dengan angin, berderu riuh, aku ingin turut serta, tapi apa daya aku hanya mampu memandang laut tanpa berani masuk ke dalamnya.

Menatap awan pun, begitu menyenangkan. Bentuk-bentuk tak terduga yang tercipta, ruang-ruang hampa yang memperlihatkan langit yang biru. Atau malah gumpalan hitam yang begitu menyeramkan, apa kau ingin mengamuk awan? Melihat awan seperti sedang menautkan hati dalam imajinasi, menjadi apa yang ingin aku lihat, dengan persepsiku sendiri dengan bentuk-bentuk mereka sendiri, dilebur dalam imajinasi.

Dan aku terus mengulanginya selagi bisa, berjalan sambil melihat langit, bersepeda dengan melihat langit, adu balap cepat dengan angin walau akhirnya aku yang selalu mengikutinya. Dan hampir selalu berakhir di pantai, di darmaga, dimana aku bisa melihat laut dan merasa angin bernyanyi, disitulah aku, disitulah ketenanganku. Salah satu siklus yang tak bisa diindahkan, tak bisa diabaikan, karena telah begitu terbiasa menikmatinya.

Tidak ada komentar: