(Sumber gambar : Google)
Sudah lama tidak mengetikkan kata-kata basi, kalimat-kalimat
elegi, maupun tragedi yang disulap menjadi ironi. Sudah lama pula tidak
berjumpa dengan portal maya ini, menuliskan apa yang tidak seharusnya tertulis,
menyusun kata yang tidak seharusnya tersusun menjadi sebuah kalimat. Terlalu
lama hingga lupa dengan gaya bahasa sendiri, lupa dengan logat-logat yang
terbiasa terlontar, dan berakhir dengan bertele-tele seperti ini.
Namun tetap ada satu hal yang masih mengganggu.
Terngiang-ngiang menjadi sebuah pertanyaan yang sama yang dilontarkan
bertubi-tubi dan tetap saja aku masih belum bisa menjawabnya, belum sanggup
tepatnya. Masih sama, masih seperti beberapa tahun lalu setelah aku meninggalkan
sekolah, pertanyaan ini belum juga terjawab.
“Apa tujuan hidupmu ?”
Berkali-kali aku mencoba bertanya pada diriku sendiri, tapi
hingga sekarang aku belum bisa menjawabnya dengan pasti, belum sanggup
menyatakannya dengan lantang, dengan keberanian untuk menetapkan tujuan hidupku
sendiri. Mungkin aku masih terlalu lemah dan tidak percaya pada diriku sendiri.
Tujuan? Dulu aku berpikir tujuan hidupku adalah menikmati
hidupku. Namun aku tak kunjung menikmati hidupku dan berakhir dengan
bermalas-malasan dan menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak begitu
penting. Kemudian aku berfikir, ini begitu tidak berguna, ini tidak ada
artinya, dan malah menjadi beban orang tuaku. Dan aku tahu pasti ini bukan
tujuan hidup, tapi malah merepotkan hidup orang lain, menjadi beban.
Lalu aku berfikir, aku ingin menjadi orang yang lebih
berguna dan aku mencoba menjadi relawan, menjadi bagian dari sebuah organisasi.
Tapi apa? Bahkan hampir setahun aku tidak merasakan aku ini adalah relawan,
karena kau tau apa, semua kegiatan yang aku ikuti hanya bentuk dari program kerja yang harus segera
usai dan harus segera dikerjakan laporan pertanggungjawabannya, membuat bosan
dan ingin segera hengkang karena serasa terkekang.
Kemudian sekarang aku mulai berteriak-teriak pada diriku
sendiri.
“TUJUAN HIDUPMU ADALAH KELUARGAMU DAN KELUARGA BESARMU.
MEREKA MENARUH HARAPAN BESAR PADAMU. JANGAN KECEWAKAN MEREKA. KAMU, KAMU YANG
HARUS BISA DIANDALKAN, KAMU HARUS BISA MENJADI TEMPAT MEREKA BERGANTUNG KETIKA
MEREKA KESUSAHAN, KAMU HARUS BISA MEMBANTU MEREKA”
“KAMU HARUS BISA MENJADI ORANG, ORANG YANG BISA DIANDALKAN”
Berkali aku teriakkan itu, terngiang-ngiang perkataan mama,
bapak, budhe dan bulekku.
“Awakmu kudu dadi wong
sukses ndik, ben iso ngewangi dulur-dulurmu seng kesusahan, ngewangi budhe lan
bulekmu sing wes mulai berumur iki. Dadi bocah sing iso dibanggaake mama karo
bapakmu iki”
Inikah tujuan hidupku? Bagaimana caraku mengeksekusinya? Sementara
diriku yang sekarang ini tidak mempunyai minat pada apapun, tidak ingin
berharap apapun dan tidak ingin melakukan apapun.
Inikah? Aku masih takut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar