Senin, 31 Desember 2012

Beri aku keyakinan

Beri aku keyakinan, biar aku bisa berjalan. Tegap dengan penuh rasa berani, menantang semua yang melawan hati. Beri aku keyakinan, agar hilang resahku ini. Segala gelisah dan ketakutan biar segera punah, agar aku bisa menatap mereka lagi dengan berani, dengan penuh mimpi. Beri aku keyakinan, agar tubuhku ini terbakar lagi, dengan semangat pengharapan akan sesuatu yang lebih baik lagi esok hari. Beri aku keyakinan, dalam langkah-langkah, dalam jejak-jejak yang aku tapakkan dengan hati-hati. Beri aku keyakinan untuk menjalani hidup ini. Beri aku keyakinan dalam setiap kata, dalam setiap nada yang mengiringi melodi-melodi dalam hidup ini. Beri aku keyakinan untuk berlari kearah kesuksesan, bukan berjalan kebelakang atau menghindar ke pinggir. Beri aku keyakinan dalam jalan-jalanku dalam alur-alur yang telah aku buat. Beri aku keyakinan...

Jumat, 28 Desember 2012

Obrolan Pagi ini

"Ma, mbah orang cina ya? kok mripatku sipit ngene?"
"Yo, iku Allah sing maringi. Gara-gara kakehan mangan rambutan watake"

*ngakak guling-guling*

Rabu, 26 Desember 2012

Orang itu memijar

orang itu memijar
membuat dirinya begitu benderang
dalam remang
dalam sakitnya kelakar
mengacuh meninggikan dirinya
yang hanya topeng belaka

palsu ditutup biru
menebal rasa malu
asal dia tak berlalu
padahal hanya benalu
parasit yang tak tahu malu

menyitir kata-kata getir
mengulit dengan kata-kata sulit
mengukir sakit hati
dalam frasa-frasa yang menjadi

orang itu menyirat angkuh
menebar keluh
dalam basa-basi lusuh
berbangga menjadi musuh.

Memori tentangmu

Aku menyimpan segala memori tentangmu disini. Disisi lain hati ini. Tak ada seorangpun yang tahu. Tapi aku tahu pasti karena aku yang menyembunyikannya dengan rapi. Membungkusnya tanpa celah. Terkadang akupun gerah, ingin menempatkannya di sisi terdepan hatiku. Meneriakkannya keras-keras. Mengingatnya tanpa malu-malu lagi. Tapi tidak kulakukan karena aku tahu itu terlalu berbahaya. Kau lebih baik hidup di sini saja, di sisi kiri hatiku. Mendekam dalam memori yang tak terjamah seorangpun lagi.

(Awan untuk Langit)

Dia yang gagap

dia yang gagap mulai terperangkap
dalam jerat-jerat biadab
membungkamnya lebih kerap
lebih menyekap
membuat suaranya semakin mengendap
dan benci semakin meluap

dia yang gagap mulai mengeruh
membiarkan rasa percaya runtuh
dan dendam mengguruh
menguat dan tak mau luruh
membiusnya menyeluruh
mengekang seluruh tubuh

luka menganga
menahan cerca
menahan makian dalam setiap kata
yang terlontar dari mulut-mulut mereka

pedih membatu
karena hal-hal lalu
yang menyakitinya setiap waktu
di setiap detik-detik yang melaju.

Kau adalah antagonis yang aku benci



Kau adalah antagonis yang aku benci setengah mati. Kau adalah manusia sadis yang aku hindari selama ini. Yang tanpa sadar menjejalkan teorema-teorema kehidupanmu dalam kepalaku. Memaksaku untuk menerima segala hipotesismu yang aku tahu itu belum tentu benar. Tapi tetap saja, akhirnya akulah yang mengikutimu, akulah yang mengikuti kehendakmu, akulah yang terjatuh dalam genggamanmu. Kau, yang bahkan kehadiranmu tak dapat kurasakan seutuhnya. Kau, yang datang dan pergi semaumu, yang berkata-kata sesukamu. 

-Awan untuk Langit-

Kinanthi Terlahir Kembali

Sementara pada jeda yang kau buat bisu. Sewaktu langit meriah oleh para benda yang berpijar. Ketika sebuah lagu menyeretmu ke masa lalu , wajahnya memenuhi setiap sudutmu.  Bahkan langit membentuk auranya. Udara bergerak mendesaukan suaranya. Bulan meyabitkan senyumnya. Bersiaplah... engkau akan mulai merengek kepada Tuhan. Meminta sesuatu yang mungkin itu telah haram bagimu.

Tasaro GK- Kinanthi Terlahir Kembali

Kece sekali ya Tasaro ini dalam merangkai kata. Kutipan diatas itu adalah paragraf ketiga pada bab pertama. Sebenarnya paragraf pertamanya saja sudah membiusku untuk terus-terusan membacanya. Bab pertamanya yang berjudul Virgo itu benar-benar prolog yang sempurna. Kiasan cerita dengan diksi-diksi mempesona.





Pin AM XXII

ini desain pin AM XXII versi finalnya, tapi ga tau dipake apa kagak


Sebenernya gue lebih suka versi sebelumnya. Polos biadab, tapi tegas. Tanpa banyak identitas. Tanpa logo semua orang juga tahu mereka dari satu korps. Dan yang paling penting adalah ketika bangga memakainya, tanpa ingin melepaskannya. Menyandangnya dan memandangnya bisa mengenakkan mata, tanpa harus melukainya karena kombinasi warna yang dipaksakan. Abu, putih dan merah cukup sepertinya. Dengan gradasi yang membuatnya sedikit kemilau.
 
Sekali lagi, bukan apa yang dipakai, bukan apa yang disandang. Yang penting bertanggung jawab pada diri sendiri, korps, dan masyarakat. Gak kabur-kaburan mulu kaya gue. Kalo bisa masuklah ke departemen yang memang kalian suka. Kalo memang gak suka mending menolak dari awal kalo kalian tidak punya mental untuk bertahan di situasi yang kalian benci. Tidak suka katakan saja. Jangan pergi tanpa pamit, jangan memutuskan tanpa rembugan.
Semoga menjadi anggota korps yang lebih baik dan lebih baik lagi. Membanggakan korps, diri sendiri, dan orang tua. Berprestasi itu hak kalian. Menjadi volunteer yang kece itu pilihan kalian. Jalani. Selesaikan sampai tuntas.

#pesanmama

"Shalat itu kalo bisa minimal 7 kali dalam sehari. Yang 5 itu shalat wajib, yang 2 nya shalat dhuha dan tahajud. Jangan lupa ngaji, minimal 1 kali sehari."
#pesanmama

Selasa, 25 Desember 2012

berpura-pura

menjadi manusia di ranah fana
berpura-pura
dengan asumsi semua sempurna
berbicara penuh bangga sampai berbusa
sampai semua kata menjadi dusta

Minggu, 09 Desember 2012

Karena dalam puisi...



Karena dalam puisi aku bisa menuliskan apa yang aku mau tanpa harus menyiratkannya jelas-jelas. Tanpa perlu mendeskripsikan semuanya panjang-panjang, tanpa perlu mengatakannya dengan lantang. Aku menulis dengan kata, bukan dengan kalimat. Merangkainya apa adanya tanpa perlu terlalu banyak kata hubung. Aku menghindari paragraf sepanjang rel kereta api. Satu baris untuk satu rangkaian kata cukup, bahkan lebih.

Jumat, 07 Desember 2012

Nyampah bentar boleh kali ya

     Kertas yang dulu tertata rapi kini tercompang-camping kembali. Dengan alasan mencari, menelusur setiap tumpukan, frasa-frasa itu berhasil memporak-porandakan. Apa yang harusnya berjajar, berbaris dengan jeda yang sama, kini menjadi buih dimana-mana. Dia yang dulu adalah paragraf gembira sekarang menjadi tanda tanya, tidak ada artinya. Dan dia yang dulu bersuka menjadi terluka karena terlalu banyak duka yang diluapkan ke permukaan. Di jalan, di tumpukan daun yang berserakan.
     Aku tak tahu apa yang sedang aku tulis saat ini, jari-jari ini menuntun tuts-tuts ini untuk tetap tertekan dan membulirkan kata-kata. Yang aku sendiri tak tahu apa maknanya, yang aku sendiri tak tahu apa kaitannya. Terlihat rapi dengan satu spasi. Tapi apa pula ini semua kalau tidak ada maknanya. Sia-sia? Biarlah walau sia-sia. Biar saja. Biar saja jika tak ada yang mau membacanya. Aku saja cukup.
   Backspace, delete selalu jadi andalan untuk melupakan. Menulis sebanyak-banyaknya lalu dengan mudahnya memblok semuanya dan menekan si backspace atau delete. Kembali ke spasi yang dulu, dimana layar ini masih kosong, halaman ini masih belum terketikkan kata-kata.
   Hey, tiba-tiba saja aku teringat mesin tik jaman dulu. Kau harus menekannya kuat-kuat untuk bisa mencetak kata yang kau ingin tulis dengan rapi. Kau bahkan butuh pita karbon untuk merefleksikan pikiranmu dalam kata-kata itu. Dan kau tak bisa menghapusnya kecuali dengan cairan tipe-ex yang bekasnya sangat-sangat jelek atau kau bisa meremas-remas kertasnya lalu membuatnya teronggok di tong sampah. Beda sekali dengan sekarang. Digital didepanmu yang bisa dihapus kapan saja, yang bisa kau simpan dimana saja, bahkan kau bisa menyimpannya di awan. Keren sekali bukan?
     Digital, maya, mungkin beberapa puluh tahun lagi kau benar-benar bisa melakukan teleportasi. Asyik sekali bukan? Tanpa perlu Doraemon, tanpa perlu menghafal mantera yang menyakitkan kau bisa pergi kemanapun yang kau inginkan. Enak sekali buat para koruptor untuk kabur. Tak perlu repot-repot buru-buru naik pesawat ke luar negeri sebelum kasusnya diungkit lagi. Tak perlu berpura-pura sakit untuk menghindari pemeriksaan polisi. Tinggal "blup" dan keberadaannya tidak diketahui. Bisa saja dia di puncak gunung rinjani atau malah berlibur di pulau hawai, ke mauna loa buat ngecek bagaimana keadaan bumi.
      Haahh... sepertinya aku perlu mencuci sepatu. Sudah bau sekali mereka sepertinya. Maaf jika aku tidak suka pakai kaos kaki. Geli. Kalo tidak terpaksa ya tidak dipakai. 
      Tiga tahun di kampus ini aku baru tahu kalau kampus ini punya penangkaran primata. Keren coy, walaupun belum pernah masuk kesana langsung, dan tadi siang hampir masuk tapi gak jadi. Tapi dengar cerita dari pak satpamnya sepertinya kece sekali. Walaupun mendengar cerita pak satpam, tapi mata mengarah ke pohon rambutan yang buahnya merah-merah siap untuk dipetik. Dan endingnya bareng beberapa anak SIL malah minta rambutan ketika bapaknya belum beres cerita.
        Sampah ya? iya sampah banget. Biar lah. Biarin aja. Jarang-jarang nyampah.
     Oh ya, setiap aku mau cerita pasti gak pernah jadi menarik. Kenapa ya? ada saran? ada solusi? Gara-gara itu makanya salah satu hal yang paling-paling-paling tidak aku sukai adalah menceritakan kembali, menceritakan pengalaman, atau bahkan menceritakan kronologis. Tolong gueee...

aku masih di satu titik yang sama

aku masih di satu titik yang sama
ketika kalian pergi dan aku harus mendekam sendiri
ketika kalian bersama dan aku harus seorang diri
ketika kaliah tertawa dan aku bersedih hati

aku masih di satu titik yang sama
ketika kertas-kertas kita tak berkata sama
ketika nada-nada tak lagi melantunkan lagu yang sama
ketika kalian membelokkan jalan yang sama

walau itu bukan jalan yang kalian inginkan
dan aku hanya berjalan tanpa keinginan
sendirian