Kamis, 29 November 2012

Kamu Boleh ke Awan

kamu boleh ke awan
langit pun mengatakan demikian
walau terbawa angin biarkan
kau akan terselamatkan
karena awan akan melawan
semua yang berserakan
semua yang menyalahkan

kamu boleh ke awan
membawa semua yang kau inginkan
sakit, lara, biar terlupakan
tersingkirpun biarkan
kamu bisa menjadi dirimu di awan
dirimu yang melawan
dengan semua yang terluapkan
senang dan bebasnya di awan

kamu boleh ke awan
boleh pula membawa kawan
yang melangkah di satu jalan
agar kalian bisa saling mengingatkan
bahwa kalian punya tujuan
yang lebih tinggi dari awan

kamu boleh ke awan
dan menjadikannya tempat peristirahatan
ketika kamu lelah dan terlupakan
kamu boleh ke awan...

Rabu, 28 November 2012

Hey ! Kau semakin menjelma jadi orang yang kusuka

dulu beranda jadi cerita
ketika aku, kamu, dan mereka belum pasti tujuan
terbawa arus
terbawa angin
menjadi pantang menjadi menyerah

dulu bangku-bangku itu mendengar
seberapa payah kita
seberapa tak berharganya hidup kita
terombang-ambing
tanpa tahu harus mendaki kemana

resah, lelah
hanya membicarakan apa yang kita ingin bicarakan
sampah-sampah terluapkan
kesombongan, keserakahan
meremehkan titik di belakang kita

berjalan dan berjalan
sendiri ataupun dengan orang-orang yang merusak otak
membuatnya retak
berserak

aku, kamu dan mereka mengambil arah berlawanan
berjalan kemana tempat yang mau menerima kita
berjalan tanpa tujuan pasti
tapi memastikannya untuk menjadi pasti
untuk diri sendiri

kau memastikan jalanmu
memastikan alurmu
menjadikan dirimu menjadi dirimu
terlena bersama alam
dengan matahari dipangkuan
berjalan dan mendaki
memunggungi puncak tertinggi

selamat untukmu yang telah menemukan alurmu
akupun akan menemukan alurku secepatnya teman.


Selasa, 27 November 2012

Nyampah woyy


This is the best that i can do
eventhough i know that i'm wrong
eventhough  i'm in the wrong path
This is all of my best effort
to work it my self
without deceive on  the other people's life

Senin, 26 November 2012

Ruang Sunyi

Selamat pagi ruang-ruang sunyi
penuh dengan lusinan tuas yang terilusi
menikam rasa sendiri
dengan cahaya-cahaya yang terefleksi
menjadi elegi
dalam detik-detik yang terekam hari
dalam guratan-guratan sendu yang tak pasti
meleburkan api
sendiri...

dia di pojok ruang
belulang dengan pikiran melayang
mengawang dan mengawang
merasa dirinya jalang
yang tersudut di ambang
ingin terbang...

dia terjerat statistika
yang dibumbui etika
tersenyum dalam agenda
yang hanya kosong belaka
karena menahan lara
karena cahaya bergerilya
menghindarinya..

dia sendiri..
dalam ruang-ruang sunyi
yang terbentuk dalam relung-relung hati
menggerigi, menyimpan benci
dengan hati yang telah mati.





Digenggam ranah yang lain

Kau tahu, kau dulu terdekap erat
dalam memori dalam hari-hari
 dalam titik-titik yang terangkai rapi
menggaris melentikkan ruang
menjejakkan pijar yang menerangiku melangkah

 Kau tahu, kau dulu tergenggam kuat
mengajarkanku menjadi sederhana
menjadi kotak-kotak tak bersisi
bebas tanpa akurasi
tak tertarik gravitasi

Kau tahu, kau kini menjelma menjadi samudra
menjadi sesuatu yang fana
menjadi sesuatu yang bisa kulihat dan kurasa
namun tak lagi bisa kudekap erat-erat
tak lagi bisa kugenggam kuat-kuat

Kau membias
digenggam ranah yang lain
Kau membias....


Almari Tua

mereka tersusun rapi dalam sela-sela ruang yang kau beri
tersekat dari setiap sisi
dibagi rata dalam segi
melenggang dalam setiap elegi
sejak pagi hingga pagi lagi
sejak sajak tak lagi berperi
hingga tangis tak berujung bagai rasi

kau hanya potongan kayu yang diakurasi
disusun menjadi balok beruang
dan menyediakan luang-luang
untuk diisi dengan memori
tanpa takut akan tereduksi
namun tetap saja tak abadi

ribuan senja kau rengkuh
kau merapuh dalam hitungan kesepuluh
jatuh berdebam dan mengaduh
kau telah luruh
termakan rayap kau terbunuh
keruh, keruh
kau mengusang
tak layak lagi dinilai dengan uang
karena tak lagi punya belulang,
kau menggersang.

almari tua,
kau tak ada lagi raga
yang menopangmu di kejamnya tropika
panas hujan yang menerpa
tak lagi mampu kau reka
karena tak ada lagi yang bisa kau seka

Minggu, 25 November 2012

Menjadi Yang Terbaik

Bahwa di dunia ini, untuk menjadi yg terbaik, kompetitor sejati kita tidak pernah datang dari luar, tapi bagaimana mengalahkan diri sendiri. Mengalahkan ketakutan, mengalahkan perasaan gentar, mengalahkan KEMALASAN, mengalahkan tinggi hati tidak mau belajar dan mengakui orang lain lebih baik, mengalahkan semua batasan2 yg mengekang diri sendiri. Sekali itu berhasil dikalahkan, hanya soal waktu kita akan jadi yang terbaik.

--tere liye--


 Justru yang lebih sulit dikalahkan adalah diri kita sendiri. Benar bukan?

Sabtu, 24 November 2012

Kau itu..

kau itu kelakar yang mengakar
hadir membawa angin segar
ada dimana-mana bagai belukar
menjaga siapapun dari luar
walau dengan cara yang kasar

kau itu deru membiru
menimbun yang terdahulu
melupakan rasa sendu
menjadikan tawa menjadi candu
melantunkannya bagai lagu
 


Minggu, 18 November 2012

Bohong Belaka

Satu diinjak satu beranjak
dalam naungan bulir-bulir di puncak
membebaskan yang terseruak
dengan liarnya sajak-sajak
menggerutu dalam lagu
dalam semburat-semburat masa lalu
mereka dan kamu
dan heningnya bangku-bangku waktu dahulu

mengawang di liang-liang
dimana luang terus saja berselang
memutus semua gelang-gelang
dan membiarkan semuanya berulang
meyitir segala getir
yang hanya membuat hati menjadi ketir
sakit yang digilir
yang dibiarkan menjadi ulir
terukir

mereka menanti pagi bersenja
dengan tawa-tawa manja
padahal hanya bohong belaka
yang hanya mengarsir luka menjadi celaka

Foto : Sepeda dan saya



Congrats !!! :)

Congrats buat saudara sepupu gue tercinta Ida Oktavianti yang tadi malem abis dilamar sama pacarnya. Ditunggu undangan nikahnya yaa.. :)

Sabtu, 17 November 2012

Ketam dan Pahat

kau dulu pernah menjadi ketam
meratakan permukaan yang berantakan
meniadakan lekukan yang menjatuhkan
 
kau pernah pula menjadi pahat
menyakiti untuk membuatnya berarti
membuatnya menjadi dirinya sendiri
dengan ukiran-ukiran yang terilusi

Kopi, Kuliah dan Saya

Kopi?
Dulu pas awal-awal masuk kuliah saya pernah addicted sama minuman yang satu ini. Karena kebutuhan untuk begadang dan karena mulut saya terlalu bosan dan ingin memakan sesuatu tapi tidak ada makanan seupil pun. Setiap hari dua sampai tiga gelas kopi saya teguk. Tapi bukan gelas biasa, tapi gelas babe yang ukurannya super gede. Pagi minum, malem minum, tengah malem minum lagi. Tiga kali sehari seperti minum obat saja. Bahkan saya lebih sering minum kopi daripada mandi, mandi cuma sekali sehari. Dulu pas awal-awal masuk kuliah alias masa-masa matrikulasi dan TPB, hidup di asrama yang tanpa peralatan masak dan harus terdampar di lantai lima, lantai tertinggi yang dihuni manusia di asrama. Beli makan males, turun males, ngapa-ngapain males. Kopi dan popmie pun jadi pilihan sehari-hari.

 kopi di meja belajar saya di asrama

Keluar dari asrama kebiasaan minum kopi sudah mulai memudar. Paling dua hari sekali atau saat harus benar-benar begadang. Karena sudah tidak serajin dahulu, kalau dulu belajar hampir setiap hari tapi pas semester tiga belajar bisa dihitung jari, saat mau ujian saja belajarnya. Jadinya kopi tidak selalu diminum tiap hari, hanya jadi solusi ketika konstipasi. Karena kopi melancarkan BAB, itu bukan mitos. Haha. 

Semester lima ini sama saja, semakin jarang belajar semakin jarang minum kopi. Malahan sering gemeteran kalau habis minum kopi karena tidak terbiasa lagi. 

*ditulis karena pagi ini meneguk kopi di Jepara, kota tercinta*

Ya, Saya di Jepara

Ya, saya di Jepara. Sudah dua hari ini. Dengan kaki lebam dan tangan pegal-pegal, karena jatuh di dalam perjalanan pulang ke Jepara.
Ya, saya di Jepara. Dengan hape sonny ericsson yang tidak punya casing belakang. Karena samsung galaxy mini yang unyu-unyu yang hampir sebelas bulan menemani saya tiba-tiba tidak terdeteksi keberadaannya, raib tak tau diambil siapa.
Ya, saya di Jepara. Dan kemarin saya habis potong rambut. Poni aneh baru yang lebih mirip jambul lupus.
Ya, saya di Jepara. Bertemu dengan bapak ibu tercinta. Bertukar sapa dengan para tetangga. Bercerita dengan saudara sepupu saya. Dan bermain games dan dipalak es krim oleh keponakan saya.
Ya, saya di Jepara. Makan spagheti buatan calon kakak ipar saya dan bakso enak bikinan mbak ita.
Ya, saya di Jepara. Sarapan tepat waktu, jam enam pagi, jam yang masih sama seperti saat saya masih sekolah di Jepara dulu.
Ya, saya di Jepara. Mendengar berita si ini dilamar, si itu dilamar. Cepat sekali waktu berjalan ya.
Ya saya di Jepara. Dengan semua orang yang menyarankan saya untuk pakai hape monokrom saja, biar tidak ada yang mau mengambil hape saya lagi. Ya, hape saya ini ilang untuk ketiga kalinya. Satu nokia saya lupa tipe berapa dan dua samsung galaxy mini.
Ya, saya di Jepara. Dan saya di sambut dengan rendang sepanci buatan mama saya yang pualing enak.
Ya, saya di Jepara. Numpang tidur di kamar mama dan bapak karena tidak berani tidur diatas sedangkan kamarku di ekspansi oleh makhluk bernama Johan Hardiantiko dengan alasan besok pagi harus kembali ke Rembang, takut telat.
Ya, saya di Jepara. Gabut, sepi, karena sebagian besar orang bekerja dan sekolah. Tanpa kendaraan yang ada dirumah. Hanya sepeda dengan ban gembes.
Ya, saya di Jepara. Setiap pagi mendengarkan ceramah dari tivi, yang biasanya di Bogor tidak pernah disetel sama sekali.

Jumat, 09 November 2012

Pakai Tas Kresek Itu Norak


PAKAI TAS KRESEK ITU NORAK

FHI - Tas Kresek adalah "barang sekali pakai" yang butuh 100-500 tahun untuk bisa terurai di alam. Jika tercecer ditanah akan merusak lingkungan, menghambat peresapan air, manyebabkan banjir, dan merusak kesuburan tanah.

Tahukah kamu, di Bangladesh karena penyebab banjir tas kresek dilarang.

• Tas Kresek terbuat dari plastik polyethene (PE) yang berasal dari minyak mentah. Butuh 11 barel minyak untuk memproduksi 1 ton plastik. Untuk
memproduksi kebutuhan plastik dunia dibutuhkan 12 juta barel minyak yang akan menghasilkan emisi gas rumah kaca cukup besar dan menyebabkan pemanasan global.*fhi

• Setiap tahun satu triliun tas kresek digunakan di dunia. Faktanya tas kresek yang bisa didaur ulang kurang dari 5%. Berarti setiap satu menit 2 juta tas kresek yang dibuang, sehingga jika sampah tas kresek tersebut dibentangkan bisa membungkus permukaan bumi 10 kali.

Di Inggris, setiap kilometer pantai ada 2,000 sampah tas kresek. Di Jakarta sampah tas kresek setiap harinya dapat untuk menutupi 2.600 lapangan sepakbola.*fhi Di Bandung sampah tas kresek per harinya mencapai 700 meter kubik dan itu cukup untuk menutupi 50 lapangan sepakbola,

• Fakta lain, 80% sampah di lautan berasal dari darat dan 90% diantaranya adalah plastik.
Sementara data PBB menyebutkan ada 46.000 sampah plastik mengambang di setiap mil laut.

• Laporan sobat-sobat di Greenpeace, sampah plastik yang masuk ke laut menyebabkan sedikitnya 267 jenis biota laut menderita karena terjerat atau makan sampah plastik.*fhi Setiap tahun Lebih dari satu juta biota laut seperti, Burung laut, ikan paus dan penyu mati karena terjerat dan mencernakan sampah plastik.

• Membakar tas kresek selain mencemari udarajuga akan menghasilkan gas dioksin yang jika terhirup akan membahayakan kesehatan manusia. Salah satu bisa menyebabkan kanker dan keracunan.

Jadi mulai sekarang budayakan membawa tas yang bisa dipakai ulang, seperti tas kain atau kanvas. Jika penjual/kasir memberi tas kresek, TOLAK dan jelaskan tentang bahaya tas kresek. Apabila membeli/membawa barang dalam jumlah sedikit, cukup pegang atau masukan kantong pakaian.

Mulai dari kita sendiri, mulai dari hal yang kecil & mulai sekarang juga!

©[FHI]
Repost dari kiriman generasi hijau IPB di grup Pusat Informasi Mahasiswa IPB

Perbaiki Dulu Pengajarnya !!!!

Ketika guru tak lagi wibawa dan murid mulai meremehkan
ilmu serasa dicekam dalam kesombongan
karena bocah-bocah yang tak mau mendengarkan
karena anak muda terlampau sering merendahkan

Nasihat lenyap ditelan zaman
lenyap dalam gempita kebebasan
dalam bebasnya kegelapan
pesan moral diredam dengan tindakan amoral
apa kita bangga dengan generasi ini yang semakin mebinal
yang melupakan agama karena kegiatan diurnal
yang mengacuhkan salam dengan alasan tidak kenal
yang merusak dirinya sendiri dengan alasan mengglobal

apa kita senang melihat generasi yang dirusak perlahan
dengan alibi pergaulan
merebut hak orang-orang di jalan
dan melalaikan kewajiban di tangan

ada perubahan jika ada keinginan kawan
tak apalah perlahan asal menerus dilakukan
memperbaiki kelakuan untuk memperlakukan
memperbaiki pendidikan yang menjadi dasar pengetahuan
untuk pondasi yang lebih kokoh di masa mendatang

(Cindhy Ade Hapsari, Ketika guru tak lagi wibawa)


       "Temannya miskin itu bodoh"
       Benar sekali bukan kalimat diatas. Berkali-kali saya mendengar kalimat tersebut selama kuliah dan hampir semua dosen yang saya hormati mengatakan hal tersebut. Tidak bisa dipungkiri memang, lihat saja sekitar kalian, sebagian besar orang miskin adalah orang yang pendidikannya kurang. 
     Namun sebenarnya parameter bodoh atau tidaknya seseorang itu bukan dari tingkat pendidikan orang-orang tersebut. Tapi dari keinginan belajar, seberapa rajin seseorang, seberapa tingkat keingintahuannya dan seberapa berani orang tersebut untuk mencoba ilmu yang dia punya. Toh, tidak semua orang yang tidak sekolah itu kere, ada pula yang sukses dengan usaha keras dan keinginan mereka untuk belajar walaupun tidak secara formal duduk di bangku pendidikan. Namun sekarang yang akan saya bahas bukanlah siapa yang bodoh dan siapa yang pintar, toh jaman sekarang banyak mahasiswa yang hanya duduk dan tertidur tanpa tahu bidang ilmunya sendiri. Yang hanya datang dan absen, hanya datang dan mengobrol di belakang, hanya datang dan numpang internetan dengan wifi kampus dan banyak "hanya-hanya" yang lainnya.
     Guru, digugu lan ditiru. Buat kalian yang orang-orang jawa, saya yakin pasti kalian paham dengan kalimat ini. Digugu artinya didengarkan dan ditiru artinya ya ditiru atau dicontoh. Yah, buat saya guru itu adalah teladan yang setiap kata yang dia ucapkan merupakan nasihat yang harus didengarkan dan diamalkan serta perbuatannya, tingkah laku dan kelakuannya patut dicontoh dan diteladani. Guru itu adalah penyemangat, pengobar imajinasi, kompor yang selalu memanasi diri kita untuk terus dan terus belajar. Guru itu adalah orang yang membuka mata kita tentang dunia dan membuat dunia itu menjadi menarik sehingga kita haus akan ilmu dan informasi dan kita akan terus menggali dan menggali sampai kita tahu pasti, ibaratnya itu gurulah yang memberi kita kail agar kita bisa mendapatkan ikan yang lebih besar dan lebih besar lagi. Guru itu adalah orang yang membantu kita menyulam mimpi yang tidak mungkin menjadi mungkin, membuka jalan kita walaupun hanya dengan restu dan doanya. Karena saya yakin guru yang benar-benar guru, pengajar yang benar-benar pengajar adalah orang yang tidak mau melihat anak didiknya bodoh, tidak mau melihat anak didiknya tidak mengerti apa yang beliau ajarkan, tidak mau melihat anak didiknya tidak sukses. Guru selalu berdoa untuk kebaikan anak didiknya.
       Tapi guru versi saya, pengajar yang seperti saya sebutkan diatas adalah salah satu jenis manusia yang langka. Dari saya SD sampai sekarang saya ada di tingkat tiga di sebuah perguruan tinggi di kota hujan, hanya beberapa pengajar dari semua pengajar yang pernah mengajar saya yang seperti kriteria diatas, bisa dihitung jari sepertinya. Dalam kasus saya ini malahan semakin tinggi tingkat pendidikannya kualitas pengajarnya juga semakin asal-asalan, atau mungkin karena kurikulum yang terus-terusan berubah? Dulu ketika SD ketika pendidikan masih agak konservatif dan buku menjadi pegangan, sepertinya guru-guru benar-benar benar dalam mengajarnya, mengulang berkali-kali dengan melakukan mencongak dan ulangan (ujian) agar si murid ingat betul apa yang telah mereka berikan agar ilmu si murid tidak luntur perlahan, agar yang dasar tetap mendasar dan diingat-ingat sampai mengakar. Namun semakin kesini saya sebagai murid serasa semakin diabaikan, dengan embel-embel "Student Learning Center" beberapa pengajar tidak bertanggung jawab dengan seenak hatinya mengabaikan hak-hak yang harusnya didapatkan oleh anak didiknya. Korupsi waktu adalah salah satu contohnya, menyuruh anak didiknya belajar sendiri tanpa melakukan "pembimbingan agar tetap terarah" namun sendirinya tak tahu kemana, meninggalkan anak didiknya begitu saja.
      Bicara tentang kekurangan ataupun kelemahan memang tidak ada habisnya. Tapi kalau kekurangan tidak diungkapkan maka tidak akan ada perubahan. Kekurangan diungkap dengan harapan kekurangan tersebut bisa diperbaiki agar sistem belajar mengajar pun semakin mencerdaskan anak bangsa. Bicara lagi tentang korupsi waktu, saya sendiri pernah dalam beberapa tahun belakangan ini (bahkan semester inipun saya merasakan) mempunyai seorang pengajar atau dosen yang mengakhiri durasi mengajarnya di setiap minggu. Tidak tanggung-tanggung, mata kuliah dengan 3 sks dengan 2 jam kuliah dan 3 jam praktikum direduksi menjadi 1-1,5 jam kuliah dan 30 menit praktikum. Penghamburan uang kalau saya bilang, padahal kami sudah bayar mahal-mahal untuk 5 jam per minggunya tapi yang didapat hanya 2 jam perminggu dan itupun dengan ilmu yang saya anggap sangat cetek dan sebagian besar mahasiswa tidak memahaminya karena sibuk dengan urusannya sendiri.
      Nah, sebenarnya soal korupsi waktu itu bukan sepenuhnya salah sang pengajar. Kalau yang diajar mau protes dan mau meminta jatah yang harusnya mereka dapatkan mungkin saja sang pengajar mau memberikannya. Namun, sepertinya mahasiswa jaman sekarang boleh dibilang lebih suka pulang lebih cepat atau kuliah dengan durasi yang pendek daripada harus terus-terusan duduk di ruang kuliah. Toh sebagian besar dari mahasiswa termasuk saya lebih memilih untuk melakukan kegiatan lain ketika dosen dianggap tidak menyenangkan dan cara pengajarnya tidak menarik minat untuk memperhatikannya sedang menyampaikan materinya, semenarik apapun materinya itu.
    Mental mahasiswa sepertinya semakin rusak. Mungkin karena tidak ada yang meluruskan dan mengarahkan menjadi baik karena dianggap sudah dewasa. Padahal? Masih labil dan butuh banyak nasihat dan bimbingan. Nah, kekurangan yang lain dari pengajar-pengajar jaman sekarang (walaupun tidak semuanya) adalah tidak disiplin, ragu-ragu dan tidak memberikan contoh dan nasihat yang baik kepada anak didiknya. Padahal kalau saya, suka kalau diajar oleh dosen yang disiplin, tak peduli seberapa galak beliau. Dosen disiplin adalah panutan yang baik kalau saya bilang, disiplin tidak pandang bulu, yang salah dibilang salah dan yang benar dibilang benar tak peduli dia itu anak presiden atau anak tukang becak. Kemudian, ragu-ragu disini adalah ketika sang pengajar tidak yakin akan jawabanya dan tidak tegas akan keputusannya sehingga anak didinya menjadi tidak yakin pula akan jawaban-jawabannya sehingga si anak didik pun menjadi tidak percaya dan meremehkan sang pengajar. Selain itu, beberapa pengajar ada pula yang membiarkan saja anak didiknya berlaku seenak jidat mereka ketika kuliah sedang berlangsung. Yah, kurang tegas lagi-lagi.
       Pernah pula saya temui, karena kekurangan pengajar mata kuliah yang seharusnya bukan bidang dari sang pengajar malah dia yang mengajari. Kalau si pengajar sanggup untuk memahami dan menyampaikan materinya ke anak didiknya sih tidak jadi masalah, tapi disini kasusnya si pengajar kurang paham sehingga anak didiknya pun semakin tidak paham dan lagi-lagi kuliah selesai sebelum waktunya tanpa ilmu yang menyangkut di kepala, sia-sia.
        Sebenarnya ketika seorang contoh atau teladan (sebut saja disini pengajar) memberikan contoh yang baik, disipllin dan tidak meremehkan ilmu serta tegas dalam mengambil keputusan, anak didiknya pasti mencontohnya. Ibaratnya kalau si dosen ngaret mahasiswanya juga ikut ngaret. Namun ketika si dosen benar-benar tepat waktu bahkan tidak memberikan toleransi keterlambatan si mahasiswa mau tidak mau harus mengikuti kedisiplinan si dosen agar bisa mengikuti kuliah. Dan kalau dosen yang mengajar disiplin dan tegas suasana kuliah juga cenderung kondusif dan tertib, dan mahasiswa jadi bisa mendengarkan dengan jelas materi yang disampaikan tanpa hadirnya bisikan dari teman di kanan kirinya.
       Kesimpulannya disini, ketika perilaku pengajar membaik (red-semakin disiplin) maka perilaku anak didik juga akan membaik (red-semakin disiplin). Harapannya kedepan semoga pengajar-pengajar di Indonesia semakin disiplin, tegas, tidak ragu-ragu dan mengajar dengan ikhlas sampai anak didiknya benar-benar paham serta bisa mengajak anak didiknya agar selalu haus akan ilmu pengetahuan sehingga akan terus belajar dan belajar dari apapun disekitarnya. Harapan lainnya pengajar harus terus semangat dan menyemangati anak didiknya, dan menyadarkan anak didiknya bahwa ilmu itu penting dan tetap mengarahkan anak didiknya agar tidak salah arah.


Semangat untuk pengajar-pengajar di Indonesia
Pondasi terkokoh bangsa ada di tangan kalian
teruslah memperbaiki diri sendiri untuk memperbaiki orang-orang lain
sebagai orang yang mengerti, sebagai orang yang memahami
dan dengan hati ikhlas
membangun pondasi negeri